Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kilang Terbesar RI di Balikpapan Segera Beroperasi, Penuhi 25% Kebutuhan BBM Nasional
Advertisement . Scroll to see content

Pertamina Optimalisasi Biaya Rp32,8 Triliun di Tengah Naiknya Harga Minyak Dunia

Minggu, 19 Juni 2022 - 18:17:00 WIB
Pertamina Optimalisasi Biaya Rp32,8 Triliun di Tengah Naiknya Harga Minyak Dunia
Pertamina optimalisasi biaya Rp32,8 triliun di tengah naiknya harga minyak dunia. (Foto: dok iNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - PT Pertamina (Persero) mampu melakukan optimalisasi biaya sebesar 2,21 miliar dolar AS atau sekitar Rp32,8 triliun. Itu didapat dari program penghematan biaya (cost saving) senilai 1,36 miliar dolar AS, penghindaran biaya (cost avoidance) sebesar 356 juta dolar AS, dan tambahan pendapatan (revenue growth) 495 juta dolar AS. 

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan, Pertamina mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi bisnis dari sisi keuangan maupun operasional sebagai upaya menghadapi tantangan harga minyak dunia yang melonjak signifikan. 

“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,” kata dia dalam keterangannya, Minggu (19/6/2022).

Dia menjelaskan, selain memperketat finansial, Pertamina juga menerapkan strategi operasional dalam rangka meningkatkan pendapatan yang sebagian besar dijalankan oleh anak usaha, yakni enam subholding. 

Pertamina terus meningkatkan produksi dan lifting migas untuk memanfaatkan momentum naiknya harga minyak. Hasilnya, produksi naik 4 persen dan lifting 3 persen.

Sementara sepanjang 2021, Pertamina telah melakukan pengeboran 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, temuan cadangan (2C) telah mencapai 486,70 MMBOE, dan tambahan cadangan terbukti (P1) mencapai 623,47 MMBOE.

Di pengolahan dan petrokimia, Pertamina pada tahun lalu menerapkan strategi optimasi crude and product. Ini telah berkontribusi pada peningkatan yield of value produk sekitar 3 persen. Strategi tersebut terkait dengan pemilihan dan substitusi ekonomis minyak mentah, dan memaksimalkan high valuable products dengan high spreads. 

Sedangkan di lini transportasi dan logistik, Pertamina mengoptimalkan load factor untuk meraih pendapatan dan efisiensi biaya. Di sisi bisnis gas, perseroan juga meningkatkan volume perdagangan dan transportasi gas serta volume transportasi minyak. 

“Setelah legal end state, kami juga mengintensifkan resource sharing, seperti sharing fasilitas dan sharing development agreement, khususnya di upstream sub-holding,” ujar Emma.

Dia menambahkan, kinerja positif di hilir juga didukung oleh pemerintah melalui pengakuan kompensasi selisih HJE JBT Solar dan JBKP Pertalite pada 2021 mencapai 4 miliar dolar AS atau setara Rp58,6 triliun (di luar pajak) serta pembayaran atas kompensasi 2018 dan 2019 sekitar 1,7 miliar dolar AS atau setara Rp24,1 triliun (di luar pajak).

Menurut Emma, dukungan pemerintah berlanjut di tahun ini melalui revisi kebijakan yang menetapkan Pertalite (RON90) sebagai Bahan Bakar Penugasan Khusus menggantikan Premium (RON88) dan penyesuaian harga Pertamax. 

Dia menuturkan, Pertamina telah menerapkan beberapa inisiatif di sektor hilir yang sekaligus merespons perubahan pasar seperti ekspansi transaksi digital, mempercepat outlet Pertashop untuk menangkap peluang pasar yang lebih besar di daerah pedesaan dan mengalihkan sumber energi SPBU ke panel surya. 

“Kami sangat mengapresiasi keputusan Pemerintah dan DPR yang telah menambah pagu anggaran subsidi dan kompensasi 2022 untuk menjaga dan melindungi daya beli masyarakat serta menahan potensi inflasi. Hal ini juga merupakan bukti dukungan terhadap Pertamina dalam penyediaan energi di tengah tantangan harga minyak mentah yang tinggi,” tuturnya.

Emma mengatakan, Pertamina pada tahun ini mengembangkan strategi utama melalui upaya mendorong produksi migas naik hingga 17 persen, menargetkan Yield Valuable Product sebesar 79,9 persen, penambahan outlet BBM sekitar 3.000 Pertashop, pengembangan pasar digital hingga 25 juta pengguna MyPertamina, dan memperbesar porsi pendapatan dari non-captive market di bisnis shipping hingga 7,5 persen. 

Untuk memperkuat komitmen energi rendah karbon akan memproduksi listrik 7.138 GWh dan didukung oleh peningkatan kapasitas terpasang yang ditargetkan hingga 2,9 GW. Strategi yang penting lainnya, unlock value yang dikembangkan oleh anak perusahaan. 

“Di sektor keuangan, kami akan fokus optimalisasi biaya yang ditargetkan mencapai hingga 600 juta dolar AS. Kami akan terus berkomunikasi dengan Pemerintah untuk memastikan keputusan yang baik bagi perusahaan,” kata Emma.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut