Perusahaan Mengeluh Vaksinasi Gotong Royong Mahal, Ketua Kadin: Kita Sudah Survei
JAKARTA, iNews.id - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P Roeslani, menyatakan harga vaksinasi gotong royong Rp1 juta per karyawan ditetapkan berdasarkan hasil survei.
Pernyataan itu, disampaikan Rosan, menanggapi keluhan perusahaan atau pelaku usaha, terutama dari Usaha Kecil dan Menengah (UMKM), juga industri hotel dan restoran, yang menilai tarif vaksinasi gotong royong Rp1 juta per karyawan terlalu mahal.
Menurut Rosan, survei dilakukan kepada perusahaan yang masuk dalam anggota Kadin dan perusahaan non Kadin. Dari hasil survei, ditemukan 78 persen perusahaan bersedia harga vaksin di kisaran Rp 500.000 per karyawan. Sementara sisanya menyanggupi di angka Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta.
"Pada waktu registrasi kita melakukan survei terlebih dahulu kepada anggota Kadin dan non anggota Kadin, justru yang lebih banyak non anggota. Dari survei itu untuk satu dosis di kisaran Rp500.000, sekitar 78 persen (yang setuju, Red) ada di range itu, sisanya sanggup 1 juta sampai 1,5 juta," ujar Rosan, Rabu (19/5/2021).
Dia menuturkan, harga vaksin yang ditetapkan juga merupakan hasil masukan dari manajemen sejumlah perusahaan swasta dan pihak pemerintah. Karena itu, patokan tarif vaksinasi gotong royong atau mandiri dinilai sudah sesuai.
"Untuk seluruh perusahaan memberikan masukan, berapa masukannya untuk supaya nanti ditetapkan atas masukan PT Bio Farma, juga kepada Kementerian Kesehatan agar jangan sampai ketika harga dimasukkan ternyata mundur. Dan harga ini memang sesuai survei kemampuan dunia usaha yang mendaftar kepada kami," tutur Rosan.
Dia memaparkan, setiap karyawan akan mendapatkan dua kali suntikan dosis vaksin Covid-19. Setiap satu kali suntikan dibebankan sebesar Rp500.000. Jumlah itu terbagi atas Rp375.000 satu dosis vaksin dan satu kali penyuntikan senilai Rp125.000.
Dengan begitu, total biaya vaksin gotong royong untuk satu orang sebesar Rp1 juta. Adapun jenis vaksin yang digunakan adalah Sinopharm dan CanSino
Seperti diketahui, sejumlah pelaku usaha terutama mikro kecil menengah (UMKM) hingga industri hotel dan restoran menilai tarif vaksinasi gotong royong terlalu mahal, sehingga tidak semua pengusaha bisa berpartisipasi dalam skema pembiayaan tersebut.
"Kemahalan, tidak mampu untuk UMKM. Mereka akhirnya lebih pada melaksanakan protokol kesehatan saja," kata Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia, Ikhsan Ingratubun.
Keluhan senada juga disampaikan Ketua Badan Pimpinan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, Sutrisno Iwanton. Menurutnya, biaya vaksinasi gotong royong terlalu mahal bagi pelaku UMKM bahkan indusri hotel dan restoran yang bertugas memberikan pelayanan kepada publik.
"Sebagian hotel dan restoran yang besar memang sudah divaksin, tapi bagaimana dengan hotel dan restoran yang kecil? Kasihan kalau dibebankan biaya segitu, tidak akan mampu," kata Sutrisno.
Editor: Jeanny Aipassa