Perusahaan Minyak Rusia Tingkatkan Penjualan ke India pada Bulan Ini

MOSKOW, iNews.id - Perusahaan minyak Rusia, Rosneft menjual 700.000 ton muatan minyak Ural dari Pelabuhan Baltik Primorsk dan Ust-Luga pada bulan ini ke Indian Oil Corp (IOC). Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki negara ini mengalokasikan tujuh kargo 100.000 ton yang dimuat antara 15 dan 31 Mei ke IOC.

Dikutip dari Reuters, menurut sumber pedagang, aliran minyak mentah Ural ke India telah meningkat sejak tindakan Moskow di Ukraina pada Februari lalu, menurut data Refinitiv Eikon. Hal ini imbas dari sanksi Barat yang mendorong ekspor Rusia ke Asia.

Baca Juga

Selain Diskon Tarif, Sejumlah Ruas Tol Gratis Selama Periode Nataru 2025/2025

Eksekutif Uni Eropa mengusulkan embargo minyak Rusia pada hari Rabu lalu sebagai bagian dari sanksi keenam dan paling keras terhadap Moskow atas konflik Ukraina.

Pada bulan Mei, IOC akan memuat volume minyak Ural yang bersumber dari Rosneft dari pelabuhan Baltik untuk pertama kalinya. Sebelumnya, pembeli utama kargo adalah perusahaan dagang Vitol dan Trafigura.

Baca Juga

Dunia Hadapi Resesi Ekonomi Hingga 2023 akibat Perang Rusia-Ukraina, Ekonom: Terburuk di Tiga Negara Ini

Namun, pedagang internasional akan menghentikan pembelian minyak dari Rosneft setelah 15 Mei karena sanksi UE atas beberapa perusahaan Rusia mulai berlaku.

Baca Juga

Mata Uang Rubel Menguat ke Level Tertinggi di Tengah Usulan Sanksi Baru Uni Eropa

Pada Desember lalu, IOC dan Rosneft menandatangani kontrak berjangka untuk pasokan hingga 2 juta ton minyak Ural hingga akhir 2022. Berdasarkan perjanjian, IOC telah membeli beberapa kargo Ural dari pelabuhan Laut Hitam Novorossiisk tahun ini.

Tidak jelas apakah pasokan Mei datang sebagai bagian dari kontrak yang ada atau sebagai bagian dari perjanjian baru. Pekan lalu, sumber Reuters mengatakan bahwa Rosneft sedang menegosiasikan kesepakatan pasokan dengan beberapa penyuling India termasuk IOC.

Baca Juga

Jepang Mengaku Kesulitan Setop Impor Minyak Rusia

India telah meminta perusahaan-perusahaan energi milik negara untuk mengevaluasi kemungkinan membeli saham BP di Rosneft yang terkena sanksi.

Editor: Aditya Pratama