Mata Uang Rubel Menguat ke Level Tertinggi di Tengah Usulan Sanksi Baru Uni Eropa
JAKARTA, iNews.id - Mata uang Rubel melonjak ke level tertinggi pada Rabu (4/5/2022) atau tertinggi lebih dari dua tahun terhadap Dolar AS dan Euro. Hal ini mempertahankan dukungan dari kontrol modal yang besar dan kuat ketika Uni Eropa mengusulkan paket sanksi baru terhadap Rusia atas peristiwa di Ukraina.
Rubel ditutup 6,6 persen lebih tinggi terhadap dolar ke level 66,30, terkuat sejak Maret 2020. Ini telah naik 5,8 persen untuk diperdagangkan pada 70,44 dibandingkan dengan euro yang sebelumnya menyentuh 69,80, titik posisi paling kuat sejak Februari 2020.
Dikutip dari Reuters, pergerakan di pasar Rusia dipengaruhi oleh rubel ditopang oleh kontrol modal. Sementara saham diperdagangkan dengan larangan short selling dan pemain asing dilarang membolos saham di perusahaan Rusia tanpa izin.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengusulkan embargo minyak bertahap terhadap Rusia serta memberikan sanksi kepada bank terkemuka dan melarang penyiarnya dari gelombang udara Eropa. Hal ini dalam upaya untuk memperdalam isolasi Moskow.
Tetapi dengan pasar kembali beraksi selama beberapa hari di tengah liburan panjang Mei dan tidak ada tanda-tanda nyata bahwa bank sentral akan mengurangi kontrol dalam waktu dekat. Eksportir secara aktif menjual mata uang asing, khawatir bahwa penguatan rubel lebih lanjut akan menggerogoti mata uang mereka.
Pelaku pasar mempertanyakan apakah suku bunga saat ini berkelanjutan mengingat pembatasan, setelah rubel merosot ke rekor terendah pada awal Maret karena negara-negara Barat memukul Moskow dan sistem keuangannya dengan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Investor disuguhi hari terakhir perdagangan yang sibuk sebelum liburan pada hari Jumat karena bank sentral memangkas suku bunga sebesar 300 basis poin menjadi 14 persen dan kementerian keuangan mengatakan telah berhasil membayar bunga dolar Eurobonds.