Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Indonesia Resmi Ajukan Proposal Atur Royalti Digital di WIPO
Advertisement . Scroll to see content

Potensial jadi Lokomotif Ekonomi Digital, OJK Ungkap Lima Tantangan Metaverse

Rabu, 27 Juli 2022 - 07:51:00 WIB
Potensial jadi Lokomotif Ekonomi Digital, OJK Ungkap Lima Tantangan Metaverse
Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (foto: dok iNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati perkembangan pasar metaverse yang potensial menjadi lokomotif ekonomi digital dan mengingatkan bahwa ada risiko yang berjalan beriringan.

Deputi Komisioner Perbankan I OJK, Teguh Supangkat, mengatakan pengalaman para pengguna metaverse yang telah mencoba untuk masuk dalam layanan tersebut memberikan kesan bahwa tidak sesuai dengan harapan awal.

“Selain itu muncul konsen pengguna pada potensi penyalahgunaan data pribadi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Ini perlu dimitigasi dengan baik,” ungkap Teguh dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (27/7/2022).

Pernyataan Teguh tersebut menanggapi sebuah survei pengalaman pertama ber-metaverse yang dialami oleh 1.000 responden pada periode survei Januari 2022.

Teguh juga mengutip sebuah data global, bahwa hingga 2022 Market Cap Web 2.0 Metaverse telah mencapai 14,8 triliun dollar AS. Sementara pengguna Web 3.0 Virtual Worlds telah mencapai 50 ribu users di seluruh dunia.

Sementara revenue yang telah dibukukan sepanjang 2021 dari ruang virtual ini mencapai 38,85 miliar dollar AS. Adapun juga market size untuk AR, baik VR dan Mixed Reality telah mencapai 28 miliar dollar AS.

Untuk itu, Teguh memaparkan lima tantangan yang perlu diantisipasi terkait perkembangan potensial metaverse saat ini:

1. Safety

Para pengguna metaverse terancam dengan Cyberbullying, Stalking dan perilaku tidak menyenangkan di dunia virtual itu.

2. Data

Ini terkait dengan keamanan dan kerahasiaan data, mengingat ada identitas palsu yang memungkinkan terjadi.

3. Security

Mengingat bertautan dengan area IT, di dunia metaverse juga ada ancaman serangan Cyber, dan Fraud.

4. Outsourcing

Untuk diketahui, dalam penyelenggaran metaverse yang kebanyakan dikelola secara outsourcing, juga menimbulkan risiko tersendiri.

5. Collaboration

Dalam metaverse pengguna harus berkolaborasi sebagai sebuah ekosistem. Sehingga ketergantungan antar ekosistem akan beresiko ketika satu ekosistem alami down.

“Sebuah survei pada Maret 2022, mencatat bahwa potensial konsen tertinggi yang harus diwaspadai oleh penggunaan data pribadi di dalam metaverse, karena ada potensi online abuse, cyberbullying, dan persoalan safety. Jadi teknologi bergerak memberikan potensi sekaligus risiko,” ungkap Teguh.

Untuk itu, dalam pengembangan teknologi metaverse menurut Teguh, terdapat beberapa area yang perlu dipersiapkan dan dimatangkan yaitu terkait dengan teknologinya sendiri.

Kemudian terkait dengan peningkatan kinerja untuk avatar dan definisi standar aset digital agar dapat ditransfer antar dunia maya.

“Termasuk juga infrastruktur komersial yang mengintegrasikan dunia maya berupa web 2.0 maupun web 3.0 dengan sistem pembayaran keuangan tradisional. Ada evolusi sistem pembayaran berbasis digital webs aset,” tutur Teguh.

Hal lain menurut Teguh terkait dengan infrastruktur pajak, akuntansi, dan sosial yang juga harus terus dikembangkan untuk bisa meregulasi dengan sistem akuntansi yang ada, dikaitkan dengan metaverse.

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut