Pria China Ini Jadi Miliarder usai Bisnis Kedai Teh Melantai di Bursa AS, Hartanya Tembus Rp43 Triliun
Zhang memulai Chagee pada tahun 2017 di Yunnan, provinsi di barat daya China yang berbatasan dengan Myanmar, Laos, dan Vietnam. Nama perusahaan ini berasal dari sebuah tragedi Chian klasik yang berjudul Farewell My Concubine. Logonya menampilkan sosok huadan, seorang perempuan muda dalam Opera Peking.
Tidak seperti merek teh bubble yang dikenal dengan minuman manis yang mengandung tapioka, Chagee berfokus pada teh premium berbahan dasar susu yang menggunakan campuran tradisional China seperti teh hijau, hitam, dan oolong. Gerainya dirancang dengan suasana seperti lounge, mencerminkan nuansa lokasi Starbucks dan minuman khas dijual dengan harga lebih dari 2 dolar AS.
Merek ini telah berkembang pesat karena konsumen yang sadar kesehatan semakin menjauh dari teh bubble berkalori tinggi. Berbicara di sebuah forum pada bulan Mei, Zhang mengatakan perusahaannya bertujuan untuk menghidupkan kembali metode pembuatan teh kuno yang sudah ada sejak 900 tahun lalu dengan menggunakan teknologi modern.
Chagee memiliki lebih dari 6.440 toko, dengan sebagian besar berlokasi di China dan hadir di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Sekitar 6.270 kedai teh diwaralabakan dan 169 milik perusahaan.
Namun, ekspansi Chagee tidak selalu berjalan mulus. Di Malaysia, Chagee menghadapi seruan boikot di antara konsumen lokal setelah aplikasinya menampilkan klaim sembilan garis putus-putus Beijing yang disengketakan di Laut China Selatan.
Editor: Aditya Pratama