Rusia Hentikan Pasokan Gas Nord Stream 1 ke Eropa selama 3 Hari
MOSKOW, iNews.id - Rusia sepenuhnya menghentikan pasokan gas ke Eropa melalui pipa utama Nord Stream 1 selama tiga hari ke depan. Raksasa energi milik Rusia, Gazprom menyampaikan, penutupan aliran gas tersebut karena akan dilakukan perbaikan.
Mengutip BBC, Rusia secara signifikan telah mengurangi ekspor gas melalui pipa. Namun, Moskow membantah membantah tuduhan telah menggunakan pasokan energi sebagai senjata perang melawan negara-negara Barat.
Pipa Nord Stream 1 membentang 1.200 km (745 mil) di bawah Laut Baltik dari pantai Rusia dekat St Petersburg ke timur laut Jerman. Dibuka pada tahun 2011, pipa ini dapat mengirim maksimum 170 juta meter kubik gas per hari dari Rusia ke Jerman.
Sebelumnya, pipa ditutup selama 10 hari pada bulan Juli untuk perbaikan. Baru-baru ini pipa gas beroperasi pada kapasitas hanya 20 persen setelah Rusia mengklaim ada peralatan yang rusak.
Presiden regulator jaringan Jerman, Klaus Mueller mengatakan, pihaknya akan mampu mengatasi persoalan gas jika Rusia melanjutkan pengiriman dalam beberapa hari mendatang.
"Saya berasumsi bahwa kami akan mampu mengatasinya. Saya percaya bahwa (pasokan gas) Rusia akan kembali ke 20 persen pada hari Sabtu, tetapi tidak ada yang benar-benar bisa mengatakannya," ucapnya dikutip, Jumat (2/9/2022).
Sementara, Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengatakan, peristiwa ini telah memaksa beberapa perusahaan Jerman untuk menghentikan produksi. Menurutnya hal ini menjadi sebuah kekhawatiran yang cukup besar.
"Ini bukan kabar baik, karena itu bisa berarti bahwa industri yang bersangkutan tidak hanya sedang direstrukturisasi tetapi juga mengalami keruntuhan-keruntuhan struktural, yang terjadi di bawah tekanan besar," ujar Habeck.
Para pemimpin Eropa khawatir Rusia dapat memperpanjang pemadaman dalam upaya untuk menaikkan harga gas yang telah meningkat tajam pada tahun lalu.
Kenaikan tajam mengancam untuk menciptakan krisis biaya hidup selama bulan-bulan musim dingin dan berpotensi memaksa pemerintah untuk menghabiskan miliaran untuk meringankan beban.
Pada hari Selasa, Menteri Transisi Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher menuduh Rusia menggunakan gas sebagai senjata perang. Dia berbicara setelah Gazprom mengatakan akan menangguhkan pengiriman gas ke perusahaan energi Prancis, Engie.
Namun, Juru Bicara Presiden Rusia Vladimir Putin telah membantah tuduhan itu dan bersikeras bahwa sanksi Barat telah menyebabkan gangguan dengan merusak infrastruktur Rusia.
Kremlin bersikeras bahwa masalah teknologi yang disebabkan oleh sanksi Barat merupakan satu-satunya hal yang mencegah Rusia memasok gas melalui pipa, tanpa merinci apa masalahnya.
Kontroversi terbaru adalah mengenai turbin yang tiba di Jerman setelah diperbaiki di Kanada. Namun, Rusia menolak untuk mengambil kembali dengan alasan tunduk pada sanksi Barat.
Awal pekan ini, Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen berjanji untuk campur tangan di pasar energi. "Kami membutuhkan model pasar baru untuk listrik yang benar-benar berfungsi dan mengembalikan keseimbangan kami," katanya.
Editor: Aditya Pratama