Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kontroversi KTT G20 2026, Bisakah Amerika Tendang Afrika Selatan sebagai Anggota Tetap?
Advertisement . Scroll to see content

Saingi Rara Pawang Hujan, Begini Sepak Terjang Tim TMC Kendalikan Cuaca di KTT G20

Kamis, 24 November 2022 - 22:52:00 WIB
 Saingi Rara Pawang Hujan, Begini Sepak Terjang Tim TMC Kendalikan Cuaca di KTT G20
Jamuan makan malam KTT G20 di kawasan Garuda Wisnu Kencana, Bali, yang berlangsung di cuaca yang cerah. (Foto: dok iNews)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Penyelenggaraan KTT G20 di Bali telah usai, namun menyisakan beragam kisah unik. Salah satunya dibagikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan. 

Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Luhut mengisahkan sepak terjang tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) mengendalikan cuaca saat penyelenggaraan KTT G20, sehingga mampu menyaingi kehebatan Rara pawang hujan yang viral saat penyelenggaraan MotoGP Mandalika 2022.

Luhut menceritakan, prakiraan Musim Hujan 2022-2023 di Indonesia yang dirilis BMKG melalui situs resminya pada awal September 2022, memperkirakan puncak musim penghujan terjadi di  Desember 2022 dan Januari 2023.

Ternyata musim hujan datang lebih awal, yakni pada September-November 2022. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Menko Luhut bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Luhut yang sekaligus Ketua Bidang Dukungan Penyelenggaraan Acara G20 menceritakan  kekhawatirannya dengan potensi cuaca ekstrem beberapa hari menjelang pelaksanaan KTT G20 di Bali.

Saat dia mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau lokasi Gala Dinner Kepala Negara anggota dan tamu undangan KTT G20 di pelataran Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Bali, hujan mendadak turun begitu lebat. 

Sembari berteduh dan mendengarkan paparan dari koordinator acara khusus event Gala Dinner G20, Wishnutama Kusubandio, Luhut memperhatikan wajah Presiden Jokowi yang termenung melihat cuaca hari itu. 

"Tampaknya apa yang beliau pikirkan saat itu sama dengan yang saya pikirkan, kami ingin acaranya nanti berlangsung meriah dan semarak. Namun bagaimana jika hujan deras turun di area GWK Cultural Park tanggal 15 November malam ketika acara berlangsung?" tulis Luhut melalui unggahan instagram @luhut.pandjaitan dikutip, Kamis (24/11/2022). 

Luhut kemudian  mengadakan rapat bersama tim khusus yang terdiri dari BMKG, BRIN, TNI AU, Kementerian PUPR, dan Dr. Tri Handoko Seto, Pakar TMC untuk memastikan agar pada tanggal 15 November malam tidak ada hujan turun di GWK Cultural Park.

Selain itu, Luhut menyampaikan tugas lain yang tak kalah penting, yakni mengkondisikan cuaca agar tidak turun hujan ketika para kepala negara anggota G20 berjalan ke arah Bamboo Dome, yang terletak di outdoor area The Apurva Kempinski. Alhasil saat Gala Dinner KTT G20 cuaca pun cerah. 

"Ini menjadi buah manis dari kerja keras tim TMC yang dipimpin Dr. Seto.  Atas kerja hebat beliau dan seluruh tim TMC, saya hari ini bertemu menyampaikan rasa terima kasih dan mendengar cerita perjalanan beliau melakukan perburuan awan di langit Bali," kata Luhut.

Dari keberhasilan tersebut, Luhut bertanya kepada Dr. Seto, apakah TMC dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan untuk kegiatan-kegiatan lainnya. 

"Dr. seto jawab bisa, tapi syaratnya harus all out. Baik dari sisi anggaran, regulasi di mana pesawat yang digunakan tidak boleh terbang di malam hari, dan lain-lain," ungkap Luhut. 

Setalah mendengar jawaban tersebut, Luhut mengungkapkan bahwa selama ini anggaran TMC di beberapa event pemerintah, memang porsinya paling kecil, padahal sangat penting. 

Seperti contohnya pada saat pelaksanaan Gala Dinner KTT G20 tersebut, ada 4 pesawat dari TNI AU yang ditugaskan dengan berbekal suplai data dari BMKG terkait titik mana saja yang berpotensi hujan. 

Dia menjelaskab, butuh kecermatan serta perhitungan yang matang untuk mengetahui ketebalan awan dan berapa jumlah garam yang harus ditabur. Ini semua diperlukan agar hujan yang terjadi tidak menyebar. 

"Dan yang perlu diketahui, ada 11 penerbangan yang membawa 29 ton garam untuk melakukan Teknik Modifikasi Cuaca pada saat itu. Bisa dibayangkan berapa besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan operasi ini," tutur Luhut.

Terkait dengan itu, Luhut menyampaikan kepada Dr. Seto bahwa tidak sia-sia bisa bertemu dengan tim TMC. "Saya banyak belajar cabang sains dan teknologi baru, yaitu Teknik Modifikasi Cuaca yang dahulu bahkan belum pernah saya dengar, apalagi pelajari," ujar Luhut. 

Dia menambahkan, TMC sangat saintifik dan bisa lain, misalnya dimanfaatkan untuk banyak hal lain, menanggulangi kebakaran hutan dan lahan, menurunkan hujan buatan untuk mengairi waduk sebelum musim kemarau tiba, mengantisipasi kekeringan, sampai untuk irigasi pertanian.

"Saya sampai pada satu kesimpulan bahwa sains dan teknologi sebesar ini perlu memiliki lembaga khusus yang menaungi Teknik Modifikasi Cuaca," ujar Luhut. 

Dari penjelasan Dr. Seto,  lanjutnya, negara lain seperti Thailand punya lembaga khusus TMC dengan pertanggungjawaban kepada Raja. 

Ini bisa menjadi langkah awal dibentuknya tim TMC, karena pembuktian manfaat dari Teknik Modifikasi Cuaca juga terwujud pada Gala Dinner KTT G20 2022 di Bali, 15 November 2022 lalu, di mana acara berjalan sukses tanpa setetes pun air hujan jatuh di lokasi penyelenggaraan.

"Sebagai manusia, tugas kita hanya bekerja, hasil nya bukanlah kuasa kita. Semoga ke depan bangsa Indonesia bisa semakin menguasai teknologi ini," tutur Luhut. 

Editor: Jeanny Aipassa

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut