Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Horor! 2 Pesawat Ringan Tabrakan di Udara, Pilot Tewas
Advertisement . Scroll to see content

Scott Farquhar Jadi Konglomerat Berharta Rp215,6 Triliun gegara Surat Hilang

Minggu, 09 Oktober 2022 - 19:48:00 WIB
Scott Farquhar Jadi Konglomerat Berharta Rp215,6 Triliun gegara Surat Hilang
Scott Farquhar jadi konglomerat berharta Rp215,6 triliun gegara surat hilang. Foto: IG Atlassian
Advertisement . Scroll to see content

SYDNEY, iNews.id - Scott Farquhar merupakan salah satu pendiri sekaligus CEO perusahaan perangkat lunak yang berbasis di Sydney, Australia bernama Atlassian. Dia merupakan salah satu orang terkaya di Australia.

Berdasarkan data Real Time Billionaires Forbes, Scott memiliki kekayaan sebesar 14,1 miliar dolar AS atau setara Rp215,6 triliun. 

Kesuksesannya menjadi pengusaha hingga menjadikannya salah satu orang terkaya di negara itu pun terjadi karena sebuah surat yang hilang. Saat itu, Scott sudah berada di jalur yang tepat untuk bergabung dengan salah satu institusi militer terkemuka di negara itu setelah menyelesakan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Namun, surat dari Australian Defence Force Academy yang menawarkannya untuk bergabung hilang di pos. Saat surat tersebut tiba ke rumahnya dua bulan kemudian, dia sudah melanjutkan pendidikan ke universitas. 

Kendati demikian, surat yang hilang itu mengubah nasibnya. Scott dan mitra bisnisnya, Mike Cannon-Brookes berada di jalur untuk menjadi miliarder teknologi pertama di Australia.

"Jika surat itu muncul lebih awal, sejarah mungkin akan sedikit berbeda," kata Scott yang sudah tertarik dengan komputer sejak kecil, dikutip dari BBC.

Dia bertemu Mike saat keduanya kuliah di bidang komputer dan bisnis di University of New South Wales di Sydney. Mereka menyelesaikan kuliah dan ingin bekerja untuk diri mereka sendiri.

Tujuan mereka sederhana, yakni tidak ingin memakai jas, dan mendapatkan lebih dari 48.500 dolar Australia setahun. Itu kira-kira gaji lulusan lain yang ditawarkan oleh bank-bank besar dan firma akuntansi.

"Pada tahap itu saya tinggal di rumah bersama di universitas dan makan mi ramen setiap hari," ujar pengusaha kelahiran 1979 itu.

Pada 2002, mereka mendirikan perusahaan perangkat lunak kolaborasi dengan lebih dari 51.000 organisasi besar dan kecil sebagai pelanggan, termasuk beberapa media besar dan perusahaan manufaktur teknologi. Modal untuk mendirikan perusahaan berasal dari kartu kredit.

Perusahaan yang menjadi pelanggannya menggunakan produk Atlassian untuk pelacakan, kolaborasi, komunikasi, manajemen layanan, dan produk pengembangan lainnya. Saat awal perusahaan berdiri, pesanan sulit dimenangkan. 

Kemudian suatu hari pada 2003, sebuah fax tiba. Itu adalah pesanan pembelian dari American Airlines. Fax itu masih tergantung di luar kantor Scott di kantor pusat perusahaan di Sydney.

Itu adalah akhir dari apa yang dia gambarkan sebagai pertarungan tangan kosong untuk menemukan pelanggan. Sekarang mereka datang langsung ke Atlassian.

"Itulah titik balik ketika kami tahu kami akan berhasil," ucaonya.

Seiring pertumbuhan bisnis, dia mendapatkan investasi senilai 60 juta dolar pada 2010. Atlassian kemudian mencatatkan sahamnya di bursa Nasdaq di New York pada 2015.

Scott mengatakan, perjalanan bisnis mereka tidak selalu mulus. Pasalnya, butuh waktu 17 setengah tahun untuk mencapai kesuksesan.

"Kami telah membuat kesalahan di sepanjang jalan. Kami telah meluncurkan produk terlambat, baru-baru ini kami harus menutup produk yang tidak berhasil di pasar," tuturnya.

Tapi tidak ada yang meragukan komitmen Scott terhadap bisnis ini. Bahkan saat berbulan madu di Afrika, dia terbang kembali ke Sydney untuk menangani masalah di tempat kerja.

Analis teknologi Ray Wang dari Constellation Research mengatakan, persahabatan dekat Scott dan Mike adalah faktor kunci di balik kesuksesan Atlassian.

"Orang sering melihat Atlassian dan berkata, cerita ini sangat bagus. Itu karena mereka sudah berteman lama. Mereka stabil, orang normal. Mereka pragmatis, mereka tahu mereka beruntung," katanya.

Scott mengatakan bahwa dia dan Mike, yang juga menjabat sebagai co-chief executive saling melengkapi. Selain menjalankan perusahaan dengan ribuan karyawan, mereka juga bertetangga di dua rumah termahal di Australia. 

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut