SKK Migas Ungkap Cadangan Gas RI Melimpah, tapi Masih Impor Minyak
Sementara itu, SKK Migas mencatat realisasi produksi minyak siap jual atau lifting hingga kuartal III 2022 masih belum mencapai target. Beberapa di antaranya karena disebabkan kejadian penghentian produksi yang tidak direncanakan (unplanned shutdown), serta adanya kebocoran pipa karena fasilitas hulu migas yang sudah menua.
Tenaga Ahli Kepala SKK Migas Ngatijan menyampaikan, terdapat tantangan terberat terkait dengan upaya meningkatkan lifting minyak dan gas, serta upaya mencapai target investasi hulu migas di tahun 2022.
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi lifting minyak hingga 30 September baru mencapai 610.100 barel per hari (bph) atau baru mencapai 86,8 persen dari target 703.000 bph. Sedangkan untuk gas mencapai 5.353 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 92,3 persen dari target 5.800 MMSCFD.
"Jadi dari awal tahun kita tahu bahwa kemampuan kita pada saat itu untuk mencapai 703.000 barel itu sangat susah," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menurunkan target lifting minyak mentah ke posisi 660.000 barel per hari dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023.
“Lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 660.000 barel per hari dan 1,05 juta barel setara minyak per hari,” ujar Jokowi saat menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2023 dan Nota Keuangan, Jakarta, Selasa (16/8/20222).
Adapun proyeksi lifting minyak mentah itu relatif lebih rendah dari target yang sempat dipatok pemerintah pada APBN 2022 yaitu 703.000 barel per hari. Sementara itu, Jokowi mematok asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia crude price (ICP) berada di angka 90 dolar AS per barel pada rancangan APBN tahun depan.
Asumsi hulu migas itu diimbangi dengan proyeksi rata-rata nilai tukar rupiah yang diperkirakan bergerak di sekitar Rp14.750 per dolar AS dan rata-rata suku bunga Surat Utang Negara 10 tahun diprediksi pada level 7,58 persen.
Editor: Aditya Pratama