Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : BI Dinilai Perlu Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Ini Alasannya
Advertisement . Scroll to see content

Sri Lanka di Ambang Kehancuran Ekonomi akibat Inflasi dan Krisis Utang

Minggu, 10 April 2022 - 20:17:00 WIB
Sri Lanka di Ambang Kehancuran Ekonomi akibat Inflasi dan Krisis Utang
Tekanan inflasi dan jeratan utang luar negeri membuat Sri Lanka berada di ambang kehancuran ekonomi. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

COLOMBO, iNews.id - Tekanan inflasi dan jeratan utang luar negeri membuat Sri Lanka berada di ambang kehancuran ekonomi. Negeri yang berada di pesisir tenggara India itu saat ini menghadapi pemadaman listrik yang membuat warganya beranjak ke luar menuntut hak hidup mereka.

Dikutip dari Reuters, gelombang demonstrasi meningkat pesat di sejumlah wilayah. Berpusat ibu kota negara, Colombo, ribuan peserta unjuk rasa menyerukan Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mundur karena dinilai tidak becus menangani jeratan utang dan inflasi.

Menteri Keuangan Sri Lanka Ali Sabry mengatakan, negaranya membutuhkan bantuan keuangan eksternal untuk segera merestrukturisasi utang obligasi dan memulihkan pasokan bahan baku yang penting, seperti makanan, bahan bakar, hingga obat-obatan.

"Ini tugas yang sangat berat," ujar Sabry dikutip, Minggu (10/4/2022).

Sabry menambahkan, negara berpenduduk 20 juta orang itu akan melakukan negosiasi dengan Dana Moneter Internasional atau IMF pada bulan ini terkait potensi dana bantuan sebesar 3 miliar dolar AS atau setara Rp43 triliun.

"Seluruh upaya ini adalah agar tidak terjadi default (gagal bayar)," kata dia.

Data bank sentral menunjukkan Sri Lanka memiliki tanggung jawab obligasi negara 12,6 miliar dolar AS luar negeri dengan cadangan devisa mencapai 1,9 miliar dolar AS hingga akhir Maret. Jatuh tempo utang obligasi pertama akan terjadi pada bulan Juli depan dengan nilai mencapai 1 miliar dolar AS atau Rp14,3 triliun.

"Prioritas pertama kami adalah agar kembali ke normal terutama dalam hal bahan bakar, gas, obat-obatan, dan dengan demikian pemadaman listrik dan pemberontakan rakyat dapat diatasi," ucap Sabry.

IMF mengatakan pada Sabtu (9/4/2022) bahwa mereka telah memulai pembicaraan dengan Kementerian Keuangan Sri Lanka dan pejabat bank sentral terkait program pinjaman. Perwakilan IMF menyatakan keprihatinan mereka atas krisis yang sedang berlangsung.

"Kami berkomitmen untuk membantu Sri Lanka secara konsisten dengan kebijakan kami, dan akan terlibat dalam diskusi tentang kemungkinan program dengan para pejabat senior dalam beberapa hari dan minggu mendatang," ujar kepala misi IMF untuk Sri Lanka, Masahiro Nozaki.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut