Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ciri-Ciri Saham Gorengan yang Perlu Diwaspadai Investor, Cek di Sini!
Advertisement . Scroll to see content

Sri Mulyani Sebut Minat Investasi Kini Hanya ke Sesama Teman Saja, kok Bisa?

Kamis, 07 Maret 2024 - 17:17:00 WIB
Sri Mulyani Sebut Minat Investasi Kini Hanya ke Sesama Teman Saja, kok Bisa?
Menkeu Sri Mulyani bicara iklim investasi saat ini (Screenshoot)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai iklim investasi di berbagai negara kini semakin tertekan dan mengalami ketidakpastian. Hal ini karena dunia yang terfragmentasi alias terbagi, imbas ketegangan geopolitik dunia. 

Menurutnya, iklim investasi dunia saat ini tidak lagi berdasarkan pada profitabilitas, namun pendekatannya lebih kepada teman atau bukan teman. Fenomena itu disebut friend shoring, di mana suatu negara lebih berfokus melakukan perdagangan atau investasi dengan negara mitra terdekatnya secara politik dibandingkan negara lain.

“Tentu kalau kita bicara tentang pembangunan perekonomian, kita tidak terlepas dari kondisi global yang sedang terjadi. Tadi juga sudah disampaikan dalam paparan pendek di awal bahwa kondisi global masih dipenuhi dengan ketegangan geopolitik yang ini tentu makin akan menekan minat investasi,” tutur Sri Mulyani saat gelaran BRI Microfinance Outlook 2024, Kamis (7/3/2024). 

“Investasi tidak lagi berdasarkan kepada profitabilitas, namun juga terjadi fragmentasi berdasarkan teman atau tidak teman atau disebut friend shoring,” kata dia. 

Masalah lain adalah masih tingginya inflasi global, meskipun sudah mengalami penurunan dibandingkan masa puncaknya, yaitu 2022-2023. Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut perkara ini menyebabkan tekanan suku bunga global masih relatif tinggi.

“Ada harapan bahwa suku bunga global, ini maksudnya di negara-negara maju, akan mulai menurun, namun harapan ini akan sedikit di rem,” ucap dia. 

Di dalam pertemuan G20, kata dia, Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed dan Eropa melihat bahwa angka inflasi dunia masih cukup tinggi. Oleh karena itu, kebijakan suku bunga atau policy rate masih menunggu penurunan tren inflasi.

“Mereka akan melihat angka inflasi dan underline faktornya yang masih dianggap cukup tinggi dan bertahan. Oleh karena itu, kebijakan suku bunga mereka policy rate-nya juga mungkin masih harus menunggu sampai bisa diyakinkan inflsdinya bisa turun,” tuturnya. 

Sri Mulyani memandang, suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang panjang juga menekan inflasi. Di sisi lain, fragmentasi global ekonomi melalui kebijakan proteksionime juga banyak menekan Purchasing Managers Index (PMI) di berbagai negara.

“Negara-negara seperti di Eropa masih mengalami PMI yang kontraktif. Ini semua lah yang menyebabkan GDP global tahun 2024 masih akan lemah atau belum pulih dibandingkan tahun lalu,” ucap dia.

Editor: Puti Aini Yasmin

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut