Tak Takut Ancaman Putin, Boeing Setop Pembelian Titanium dari Rusia
WASHINGTON, iNews.id - Produsen pesawat komersial Amerika Serikat (AS) Boeing memutuskan menghentikan pembelian titanium dari Rusia. Ini dilakukan sebagai balasan atas sikap Rusia yang mengancam menghentikan pengiriman titanium ke Boeing imbas sanksi negara-negara Barat terhadap negara tersebut.
"Kami masih memiliki persediaan dan sumber titanium yang beragam untuk memproduksi pesawat terbang," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Selasa (8/3/2022).
Berdasarkan catatan Wall Street Journal, sepertiga dari total kebutuhan titanium Boeing dalam membuat komponen pesawat berasal dari Rusia. Sementara sisanya disumbang dari AS, Jepang, China, dan Kazakhstan.
Penghentian pasokan ini dinilai bakal mengganggu hubungan Boeing dengan produsen titanium terbesar Rusia, VSMPO-Avisma, yang juga memproduksi alumunium dan magnesium.
"Kami sudah mengamati situasi di negara kami dan (kondisi) di seluruh dunia. Kami siap untuk keputusan ini," kata manajemen VSMPO-Avisma.
VSMPO menegaskan akan mengalihkan stok mereka ke sejumlah pasar di negara-negara yang sedang membutuhkan. Sementara Boeing juga memastikan keberlangsungan bisnis pesawat komersial bakal terus berjalan, meski tanpa peran korporasi Rusia.
"Perusahaan akan terus mengambil langkah-langkah untuk memastikan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang," ujar Boeing.
VSMPO-Avisma adalah bagian dari Rostech, sebuah perusahaan milik pemerintah Rusia yang bergerak dalam industri titanium. Perusahaan ini telah memasok titanium ke Boeing selama 25 tahun.
Adapun titanium digunakan untuk memproduksi pesawat sipil, seperti Boeing 737, Boeing 767, Boeing 787, Boeing 777 dan Boeing 777X. Konflik antara Rusia dan Ukraina, yang menyeret kekuatan global seperti AS, membuat kedua entitas perusahaan ikut terdampak.
Sebelumnya dilaporkan Boeing menangguhkan pengiriman pasokan suku cadang dan dukungan teknis terhadap maskapai Rusia. Boeing juga menghentikan operasionalnya di ibu kota Ukraina, serta pusat pelatihan di Skolkovo, Moskow.
Editor: Jujuk Ernawati