Uji Kelayakan DK OJK, Ini yang Ditawarkan Inarno Djajadi untuk Tingkatkan Literasi Pasar Modal
JAKARTA, iNews.id - Calon Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi tengah menjalani uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) di Komisi XI DPR, Kamis (7/4/2022). Dalam kesempatan tersebut, dia menyinggung soal literasi pasar modal yang menurutnya masih rendah.
Inarno menyebut bahwa saat ini investor retail sudah mulai tertarik untuk masuk di pasar modal, tetapi meningkatnya jumlah investor retail ini butuh diikuti tingkat pemahaman atas produk dan jasa keuangan. Bahkan, secara jujur, dia menilai bahwa literasi dan inklusi pasar modal masih berada di bawah sektor-sektor lain.
"Untuk itu, saya menawarkan optimalisasi jaringan distribusi untuk meningkatkan pengembangan pasar dan pemantauan aktivitas keuangan berbagai daerah, terlebih saat ini OJK memiliki 9 kantor regional dan 37 kantor OJK, dan BEI memiliki 30 kantor perwakilan yang tersebar di Indonesia, dan menariknya, kita memiliki 629 galeri investasi yang merupakan kerja sama antara Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kampus-kampus di seluruh Indonesia," ujar Inarno.
Inarno menambahkan, aspirasi yang dia angkat dalam uji kelayakan ini sebagian besar tentang membangun kepercayaan dan optimisme stakeholder terhadap lembaga pengawas sektor keuangan dalam membangun pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
"Ada dua agenda yang akan saya sampaikan, yakni latar belakang dan tantangan pengembangan pasar modal ke depan serta rencana strategis yang saya bawa untuk memperkuat kinerja dan pengembangan pasar modal dalam lima tahun ke depannya," kata dia.
Calon anggota DK OJK ini menyebutkan bahwa pada saat COVID-19 melanda, memang terjadi koreksi terhadap IHSG, tetapi seiring waktu, hingga tanggal 31 Maret 2022, IHSG sudah menembus 7.000. Kapitalisasi pasar pada periode 31 Maret 2022 tersebut mencapai Rp8.910 triliun atau tumbuh 7,9 persen dari akhir tahun 2021.
"Bahkan rata-rata volume dan frekuensi transaksi juga meningkat sangat pesat. Bahkan frekuensi kita adalah yang tertinggi di ASEAN," ucapnya.
Inarno optimistis bahwa keyakinan investasi masih terjaga, di mana saat pandemi COVID-19, terjadi outflow Rp47,8 triliun, namun pada 2021-2022 sudah positif ke Rp38 triliun dan Rp32 triliun. Pertumbuhan IPO di Indonesia juga masih menarik, di mana sebanyak 778 perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 31 Maret 2022, dan per 6 April 2022 bahkan sudah mencapai 780 perusahaan.
"Growth kita dibandingkan negara-negara lain di ASEAN, kita yang tertinggi di 36,7 persen untuk perusahaan tercatat, bahkan Singapura itu -10,4 persen," tuturnya.
Selain itu, penggalangan dana melalui pasar modal terus bertumbuh, berkat dukungan stabilitas kebijakan yang meningkatkan akses bagi pelaku bisnis dan investor. Sejak 2010-2020, rata-rata total penghimpunan di pasar modal sekitar 20 persen (CAGR). Ditambah lagi, jumlah aktivitas dan investor tumbuh signifikan.
"Di mana total investor pasar modal telah bertumbuh 7,5 kali lipat dibandingkan tahun 2017 menjadi sebesar 8,3 juta dan total investor saham bertumbuh 6 kali lipat dibandingkan 2017 menjadi 3,7 juta. Investor retail dan investor domestik sudah menguasai di pasar modal kita," ujar Inarno.
Editor: Aditya Pratama