Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Viral Drama China CEO Kaya Raya Jatuh Cinta pada Gadis Miskin Kini Dilarang, Ini Faktanya!
Advertisement . Scroll to see content

Viral CEO Menangis setelah Pecat Karyawan

Jumat, 12 Agustus 2022 - 08:33:00 WIB
Viral CEO Menangis setelah Pecat Karyawan
Braden Wallake, CEO yang mengunggah foto menangis setelah pecat karyawan dan menjadi viral. Foto: LinkedIn Braden Wallake
Advertisement . Scroll to see content

OHIO, iNews.id - Seorang CEO menjadi viral setelah mengunggah foto selfie dirinya yang menangis di LinkedIn setelah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) di perusahaannya. Braden Wallake, yang menjalankan agensi pemasaran business to business yang berbasis di Ohio, Hypersocial telah membagikan potretnya pada Rabu (10/8/2022) lalu. 

Unggahan tersebut telah mendapat lebih dari 7.190 komentar dan lebih dari 34.300 reaksi. 

"Ini akan menjadi hal paling rentan yang pernah saya share. Saya berulang kali berpikir akan mengunggah foto ini atau tidak. Kami harus memberhentikan beberapa karyawan kami. Saya telah melihat banyak PHK selama beberapa minggu terakhir di LinkedIn. Kebanyakan dari mereka adalah karena ekonomi, atau apa pun alasan lainnya. Ini salah saya," tulisnya, di samping foto yang menunjukkan dia menangis, dikutip dari CNBC International, Jumat (12/8/2022).

Wallake mengatakan, dia membuat keputusan pada Februari lalu, yang akhirnya menyebabkan PHK. Dia belum menjelaskan apa keputusan tersebut tetapi mengatakan di LinkedIn, dia berencana untuk melakukannya di masa depan.

Menggambarkan PHK sebagai hal terberat yang pernah dilakukannya, Wallake mengungkapkan, dia mencintai karyawannya. Dia pun berharap menjadi pemilik bisnis yang hanya didorong oleh uang dan tidak peduli dengan perasaan yang terluka. Namun itu bukan dia. 

"Jadi, saya hanya ingin orang-orang melihat, bahwa tidak semua CEO di luar sana berhati dingin dan tidak peduli ketika harus memberhentikan orang. Saya yakin ada ratusan dan ribuan orang lain seperti saya," tuturnya. 

Beberapa pengguna LinkedIn mengolok-olok unggahan Wallake. Mereka menyebutnya tidak berhubungan dan mengerikan atau menyarankan agar dia fokus membantu mantan karyawannya dibanding pada bagaimana situasi telah memengaruhinya.

"Silakan. Memberhentikan orang adalah hal yang mengerikan bagi Anda, tetapi lebih mengerikan bagi mereka. Ini tentang menjaga kesejahteraan mereka, bukan mengunggah kesedihan untuk orang-orang yang Anda sukai. Ini tidak sopan, serampangan, tidak sensitif dan norak. Tumbuhlah dewasa, jaga orang-orang yang Anda klaim sangat mengkhawatirkan, akui kesalahan Anda secara pribadi dan berhenti bersikap narsis,” tulis seorang komentator.

Namun yang lain mendukung Wallake. Mereka mengatakan mengerti memecat orang adalah proses emosional, dan memuji keterbukaannya.

Salah satu mantan karyawannya, Noah Smith juga membela mantan bosnya. Dia mengatakan, hanya ingin bekerja untuk manajer seperti Wallake.

"Bagi mereka yang ingin mempekerjakan saya, saya hanya tertarik bekerja untuk orang-orang seperti Braden Wallake yang memiliki pandangan hidup yang positif. Saya tidak tertarik bekerja untuk Anda jika Anda berpikir bekerja lebih lama hanya untuk menghasilkan lebih banyak uang adalah cara paling berharga untuk menghabiskan waktu Anda," tuturnya.

Wallake memberikan tanggapan. Dia menulis, "Hai semuanya, ya, saya adalah CEO yang menangis. Tidak, maksud saya bukan untuk menjadikannya tentang saya atau mengorbankan diri saya sendiri. Saya minta maaf hal ini datang dengan cara itu."

"Bukan tempat saya untuk menyebutkan nama karyawan di depan umum. Apa yang ingin saya lakukan sekarang adalah mencoba memperbaiki situasi ini dan memulai utas untuk orang-orang yang mencari pekerjaan," imbuhnya.

Profesor perilaku organisasi di Bayes Business School Andre Spicer mengatakan, unggahan tersebut tidak mengejutkan mengingat tren manajemen saat ini.

"Ini adalah tren, CEO dan pemimpin didorong untuk menjadi otentik dan membawa diri mereka yang sebenarnya untuk bekerja. Ini menunjukkan emosi dan reaksi nyata Anda dan orang-orang didorong untuk menunjukkannya melalui banyak pemikiran manajemen saat ini, jadi itu tidak mengejutkan," ujarnya.

Dia menambahkan, Wallake tampaknya menavigasi tindakan penyeimbangan yang rumit antara terlalu otentik dan tidak cukup otentik, kadang disebut sebagai keaslian terbatas.

"Jadi idealnya, apa yang seharusnya dilakukan orang ini adalah menggunakan keaslian terbatas, di mana dia sedikit jujur ​​tentang kesalahan yang dia buat dan dia akan mengakuinya, tapi kemudian tidak mengubahnya menjadi pesta kasihan tentang dirinya sendiri, pada dasarnya," ucapnya.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut