Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Trump Sebut Amerika Negara Nuklir Nomor 1, Rusia Nomor 2 dan China Ke-3
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

BEIJING - Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan mengingatkan tentang bahaya bubble yang potensial menggangu kinerja ekonomi, yakni utang rumah tangga.

"Mengenai tingkat utang rumah tangga, China tidak memberi peringkat yang tinggi dalam skala global namun laju pertumbuhan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir," kata Zhou mengutip CNBC, Selasa (24/10/2017).

Dia menyadari, penanganan untuk utang tersebut memang belum urgen. Namun harus ada antisipasi dan kontrol yang ketat guna mendorong laju pertumbuhan yang stabil.

Kekhawatran yang lebih besar bagi China adalah tingginya tingkat utang perusahaan dan pemerintah daerah. Pemerintah China telah berbicara tentang perlunya membatasi pertumbuhan itu. Sebagian analis memperkirakan pemerintah sigap menangani persoalan utang secara baik.

Namun tahun ini, utang rumah tangga telah muncul sebagai masalah yang harus diperhatikan karena bakal memengaruhi keuangan China. "Utang rumah tangga China telah meningkat pda kecepatan yang mengkhawatirkan dalam dua tahun terakhir," kata analis Citi Li-Gang Liu dalam laporannya.

Lapooran tersebut menunjukan bahwa utang rumah tangga di China telah meningkat dua kali lipat dari 29,6% Produk Domestik Bruto (PDB) 16 triliun Yuan pada tahun 2012 menjadi 44,3% dari PDB 33 triliun Yuan. Pinjaman hipotek untuk membeli properti merupakan pendorong terbesar pertumbuhan utang rumah tangga tersebut, kata Liu.

Harga properti, terutama di kota-kota besar di China telah meningkat karena pengembalian investasi properti jauh lebih tinggi daripada suku bunga tabungan dan pinjaman.

Presiden China Xi Jinping pun mengatakan, properti untuk rumah tinggal bukan untuk ajang berspekulasi bisnis. Namun para analis berharap pemerintah China melonggarkan pembatasan properti dalam 12 bulan ke depan.

Untuk mencegah ajang spekulasi itu, pemerintah China setempat telah menerapkan kebijakan dengan membatasi jumlah unit apartemen yang dapat dimiliki seseorang dan seberapa cepat melakukan jual kembali.

IMF menunjukkan dalam Laporan Stabilitas Keuangan Globalnya awal bulan ini bahwa aset sektor perbankan China sekarang adalah 310% dari PDB, naik dari 240% pada akhir tahun 2012 dan hampir tiga kali rata-rata pasar yang sedang berkembang.

"Utang di China adalah risiko nomor satu di seluruh dunia," kata Paul Christopher, kepala strategi pasar global di Wells Fargo Investment Institute.

Tapi bukannya mengkhawatirkan gangguan keuangan dari China, "Saya akan lebih khawatir tentang prospek melambatnya permintaan China," ujar Paul.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut