BI Catat Rasio Kredit Bermasalah di Januari 2018 Meningkat
JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) melaporkan, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross pada Januari 2018 meningkat menjadi 2,09 persen. Sementara, untuk NPL net tercatat mencapai 1,3 persen.
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Linda Maulidina menyatakan, kenaikan NPL itu hanyalah seasonal effect atau faktor musiman. Dengan melihat kondisi Desember tahun lalu yang baik, maka untuk NPL setelah Januari diperkirakan lebih rendah.
"Namun, nanti di sini kita akan melihat bahwa NPL 2018 ini akan mengalami banyak penurunan karena ini sudah menjadi komitmen bank untuk menurunkan NPL dan juga dukungan dari kebijakan pengawasan oleh OJK yang memastikan bank berupaya untuk menurunkan NPL-nya," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Kamis (22/3/2018).
Linda menambahkan, transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial melalui jalur suku bunga terus berlangsung. Sejak awal periode pelonggaran kebijakan moneter hingga Januari 2018, suku bunga deposito dan kredit terus menurun masing-masing sebesar 196 bps dan 151 bps.
Meski demikian, transmisi melalui jalur kredit masih belum optimal sejalan dengan permintaan kredit yang belum tinggi dan perilaku bank yang masih selektif dalam memberikan kredit baru. Pertumbuhan kredit Januari 2018 tercatat sebesar 7,4 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 8,2 persen (yoy).
Namun, dia menilai, kredit perbankan yang tumbuh melambat disebabkan korporasi sedang melakukan konsolidasi. "Nah, proses konsolidasi sudah ada perbaikan cukup signifikan sehingga kami rasa di 2018 ini pertumbuhan kredit akan lebih baik dibandingkan 2017," katanya.
BI sendiri memperkirakan pertumbuhan kredit 2018 ini akan berada pada level 10 sampai dengan 12 persen atau lebih baik dibandingkan tahun lalu. Dengan target kredit perbankan yang telah ditetapkan tersebut, BI optimistis bisa mencapainya.
Pasalnya, BI yakin likuiditas perbankan masih mampu menyalurkan kredit. "Sampai dengan saat ini, kami optimis itu bisa dicapai karena dengan melihat kondisi perbankan sendiri sebetulnya perbankan memiliki likuiditas yang sangat baik. Mereka memiliki cukup banyak liquidity yang siap untuk pemberian kredit," ucapnya.
Editor: Ranto Rajagukguk