Debut di Bursa AS, Saham Grab Ditutup Merosot Nyaris 21 Persen
NEW YORK, iNews.id - Harga saham Grab Holding Inc (GRAB) berakhir terkoresi tajam pada debutnya di bursa Nasdaq Amerika Serikat (AS), Kamis (2/12/2021). Saham GRAB anjlok lebih dari 20 persen.
Saham perusahaan transportasi dan pengiriman terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) itu dibuka pada 13,06 dolar per saham, namun anjlok 20,53 persen ke 8,75 dolar AS per saham pada akhir perdagangan.
"Harga tidak ada bedanya bagi saya. Saya akan merayakan malam ini dan kembali bekerja besok," kata CEO Grab Anthony Tan sesaat setelah saham mulai diperdagangkan, dikutip dari Reuters, Jumat (3/12/2021).
Pencatatan saham Grab di Bursa AS menandai titik tertinggi bagi perusahaan Singapura berusia sembilan tahun tersebut. Grab memulai bisnisnya sebagai aplikasi ride hailing dan saat ini telah beroperasi di 465 kota di delapan negara, yang menawarkan pengiriman makanan, pembayaran, asuransi, dan produk investasi.
Grab memulai listing di AS pada Kamis (2/12/2021), dengan cara menbunyikan lonceng di Singapura, yang diselanggarakan oleh Nasdaq dan eksekutif Grab. Acara tersebut dihadiri sekitar 250 orang termasuk investor, pengemudi, pedagang dan karyawan, yang mayoritas mengenakan pakaian hijau khas perusahaan.
Tan berterima kasih kepada semua yang hadir dalam acara tersebut karena telah menempatkan Grab dan ekonomi teknologi Asia Tenggara di peta global. Adapun listing ini dilakukan setelah kesepakatan Grab pada April lalu untuk merger dengan investor teknologi AS Altimeter Capital Management SPAC, Altimeter Growth Corp (AGC.O) dan mengumpulkan 4,5 miliar dolar AS, termasuk 750 juta dolar AS dari Altimeter.
Ekonomi digital Asia Tenggara diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi 360 miliar dolar AS pada 2025, mendorong saingan Grab, termasuk perusahaan internet regional Sea Ltd (SE.N) dan Grup GoTo Indonesia untuk meningkat.
Sumber mengatakan kepada Reuters, GoTo merencanakan IPO lokal pada 2022 setelah menyelesaikan penggalangan dana pra-IPO. Adapun rencana listing di bursa AS setelah perusahaan melantai di BEI.
Editor: Jujuk Ernawati