Dolar AS Sore Menguat ke Rp15.640 per dolar AS
Kekhawatiran pasar muncul dari anjloknya data penjualan ritel di AS yang mencapai minus 8,7 persen pada Maret 2020. Kondisi tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah Negeri Paman Sam sejak 1992.
Selain itu indeks aktivitas manufaktur di kawasan New York juga terjun bebas hingga minus 78,2 persen. Penurunan data ekonomi juga tercermin dari laporan bank sentral AS Federal Reserve (Fed) yang menyatakan tingkat pengangguran akan naik akibat pandemi Covid-19.
Berbagai lembaga Internasional, seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, maupun Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), sudah memproyeksikan ekonomi global akan tumbuh negatif 2,8 persen akibat wabah Covid-19.
IMF juga memperkirakan, pertumbuhan di Asia akan terhenti di 0 persen pada 2020. Itu akan menjadi kinerja pertumbuhan terburuk dalam hampir 60 tahun, termasuk selama krisis keuangan global (4,7 persen) dan krisis keuangan Asia (1,3 persen).
Namun Asia diperkirakan masih akan lebih baik daripada wilayah lain dalam hal kegiatan ekonomi.
Editor: Ranto Rajagukguk