Laju Kredit Lesu, Pembentukan Holding BUMN Keuangan Berisiko
JAKARTA, iNews.id - Pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor keuangan dinilai tidak efektif karena hanya menggabungkan beberapa perusahaan supaya asetnya besar dan mudah dikendalikan pemerintah. Seharusnya langkah yang lebih efektif untuk industri perbankan yang bisa diambil pemerintah adalah merger atau akuisisi.
"Konsepnya (holding) sebenarnya menggabungkan berbagai macam usaha dan likuiditas supaya lebih fokus. Tetapi untuk sektor keuangan, saya rasa pasti akan menghadapi persoalan. Karena sektor keuangan itu akan mengapresiasi atau bereaksi pada pengakuisisian ataupun merger," kata Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto kepada iNews.id, Senin (8/1/2018).
Industri perbankan sekarang masih mengalami banyak permasalahan meski labanya masih tinggi. Permasalahannya adalah laju kreditnya melambat karena memang lesu dan tidak tumbuh sesuai harapan. Untuk itu, lebih tepat jika dilakukan merger atau akuisisi supaya sektor perbankan memiliki modal yang lebih besar dan lebih kuat, sehingga akan memberikan biaya intermediasi yang lebih efisien.
"Sekarang ini sebetulnya bank-bank kecil itu mereka tidak menarik dana dari masyarakat, tapi pinjam uang dari bank besar buku 4, terus kemudian diputar lagi ke pasar nah ini kan tidak efisien," ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, yang sebenarnya harus dilakukan pemerintah adalah memerger beberapa bank yang memiliki sektor usaha yang sama. Sebab, ketidakefisienan biaya intermediasi pemicu utamanya adalah karena jumlah bank di Indonesia yang terlalu banyak.