Media Sosial Buat Generasi Milenial Menjadi Boros
JAKARTA, iNews.id - Biaya sewa, kartu kredit, dan kredit pendidikan merupakan faktor yang mempersulit untuk menabung, terutama untuk anak muda. Saat ini, berdasarkan riset terbaru dari Allianz Life Insurance Company dari Amerika Utara, media sosial juga dapat ditambahkan ke dalam list tersebut karena iklan intenet ternyata memiliki pengaruh besar terhadap pengeluaran generasi milenial.
Riset mengenai dampak dari media sosial kepada kebiasaan pengeluaran orang Amerika, menunjukkan bahwa hampir 90 persen dari responden generasi milenial memiliki kecenderungan untuk membandingkan kekayaan dan gaya hidup dengan teman sebayanya. Perbandingan tersebut untuk 71 persen dari generasi X tersebut dan 54 persen dari generasi baby boomers (1946–1964) yang mengatakan hal yang sama.
"60 persen dari generasi milenial melaporkan ada perasaan 'tidak memadai' tentang kehidupannya sendiri karena sesuatu yang dilihat dari media sosial, seperti pakaian mencolok atau liburan. Dan sebagai hasilnya 57 persen mengeluarkan uang di luar perencanaan unuk dibelanjakan," kata riset tersebut dikutip dari CNBC, Minggu (18/3/2018).
Namun, sepanjang dengan perasaan ketakutan untuk kehilangan barang baru, tren atau pengalaman, periklanan tentu memainkan perannya untuk menggoda Anda berbelanja secara royal. Tahun kemarin, Facebook mengantongi 39,9 juta dolar AS hanya dari iklan.
Sementara itu, Instagram baru saja meluncurkan Instagram Shopping yang memungkinkan orang dapat melihat deskripsi dan harga produk. Kemudian platform media sosial lainnya memfasilitasi transaksi moneter secara langsung dari situs web atau aplikasi.
Perusahaan bersedia membayar ratusan bahkan ribuan dolar untuk bisa mengiklankan produkya lewat posting-an media sosial milik akun orang berpengaruh yang memiliki pengikut dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, Wakil Presiden bagian konsumen Allianz, Paul Kelash mengatakan untuk berhati-hati bagi generasi milenial.
"Lebih dari generasi lain, media sosial dan daya pikatnya untuk mengeluarkan lebih dari kemampuan mereka dapat memberikan dampak negatif jangka panjang pada keuangan mereka jika tidak hati-hati," ujar Paul.
Terdapat beberapa cara untuk mengendalikan pengaruh dari media sosial terhadap pengeluaran. Penulis best seller, Suze Orman menulis dalam blognya bahwa sebelum melakukan pembayaran, tanyakan diri sendiri apakah ini sebuah keinginan atau kebutuhan. Jika hanya sebuah keinginan maka tunggu beberapa saat dan lihat kembali ide tersebut untuk menghindari pengeluaran berdasarkan hasrat.
Selain itu, buat perencanaan anggaran dan komitmen akan anggaran tersebut. Jika harus memutuskan untuk mengeluarkan di luar anggaran tersebut atau memprioritaskan suatu hal atas tagihan yang akan datang, maka artinya harus memotong anggaran lainnya dengan cara yang lain.
Hal tersebut juga mungkin dapat membantu untuk menyerah terhadap rasa takut kehilangan. Contohlah pengusaha Richard Branson yang dengan usaha sendiri lebih mementingkan hal-hal yang bermanfaat bagi karirnya daripada mengejar setiap kesempatan menghamburkan uang.
Hal yang sama dapat diterapkan kepada media sosial, jangan mengejar setiap kesempatan untuk membeli sesuatu demi mendapatkan pengakuan atau penyesuaian dari orang lain. Sebaliknya, cukup fokuskan pada apa yang dapat bermanfaat dalam jangka panjang.
Berdasarkan catatan riset tadi, generasi milenial membuat langkah ke arah yang benar dan memposisikan diri untuk berada dalam kondisi finansial yang baik. Hampir 80 persen merasa percaya diri secara finansial, 58 persen percaya menabung untuk masa pensiun meupakan kebutuhan pokok, dan 41 persen menyisihkan uang setiap bulan untuk menabung.
Namun secara keseluruhan, milenial lebih baik dalam hal keuangan daripada generasi yang lebih tua. Dengan demikian, walau diterpa dengan godaan untuk menghabiskan uang melalui media sosial, milenial menemukan cara inovatif untuk membangun kekuatan finansial dan menjadi lebih percaya diri karena hal tersebut.
Editor: Ranto Rajagukguk