Pasar Respon Positif Keputusan BI Tahan Suku Bunga, Rupiah dan IHSG Ditutup Menguat
JAKARTA, iNews.id - Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di 3,5 persen direspon positif pelaku pasar keuangan. Hal itu, membuat rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan, Jumat (22/7/2022).
Nilai tukar rupiah ditutup menguat 23 poin di level Rp 15.013 atas dolar Amerika Serikat (AS), sedangkan ditutup menguat 22,83 poin atau 0,33 persen ke level 6.886.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, salah satu faktor pemicu menguatnya mata uang garuda ini, justru karena BI mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,5 persen.
"Ini merupakan langkah yang tepat sasaran dan tepat takaran dengan mengacu pada tujuan utama yaitu menjaga stabilitas rupiah dan mengendalikan inflasi sesuai jangkar BI, ditambah untuk menjaga momentum pertumbuhan," terang Ibrahim dalam rilis hariannya, Jumat (22/7/2022).
Menurut dia, stance kebijakan moneter BI yang masih dovish merupakan sebuah kebijakan yang cermat dan terukur di tengah tekanan eksternal yang kuat karena dampak geopolitik yaitu perang Rusia- Ukraina, disrupsi rantai pasokan global, risiko stagflasi, dan lonjakan inflasi dunia.
"Namun, inflasi inti yang masih dalam jangkauan BI, cadangan devisa yang kuat dan terjadi surplus neraca dagang secara konsisten didukung harga komoditas ekspor yang tinggi, juga menjadi pertimbangan, untuk tidak mengubah orientasi atau stance kebijakan moneternya yang dovish," terangnya.
Dian memperkirakan, Lebih lanjut dia memprediksi, untuk perdagangan pekan besok, Senin (25/7) mata uang rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.000-Rp.15.030.
Sementara Analyst PT Universal Broker Indonesia Sekuritas, Oktavianus Audi, mengatakan bahwa penguatan ini diakibatkan adanya respon positif para investor terhadap suku bunga yang masih ditahan.
"Sebenarnya penahanan suku bunga ini ada positif dan negatifnya, namun ketika bicara market untuk IHSG atau emiten bursa memang responnya cenderung lebih positif," ujar Oktavianus, pada acara 2nd session closing IDX TV di Jakarta, Jumat (22/7/22).
Namun, efek negatifnya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan diperkirakan nanti emiten yang bahan bukunya berasal dari impor itu akan mengalami beban yang makin bertambah.
Menurut Oktavianus, selagi IHSG masih diatas MA 20 dan cukup baik responnya dan pertumbuhan kredit juga masih sangat positif itu gambaran yang solid untuk fundamental saat ini.
"Oleh sebab itu market kita masih bisa naik walaupun suku bunga masih ditahan," ungkap Oktavianus.
Dia mengatakan, jika nanti memang The Fed menaikkan suku bunga kurang lebih 75 bassis point, shifting investmen tidak bisa dihindari.
"Ketika yield Treasury Obligation di Amerika sudah diatas 2 persen saya pikir investor akan melirik dan saya pikir capital outflow pasti akan terjadi apalagi kita masih menahan suku bunga," tutur Oktavianus.
Editor: Jeanny Aipassa