Rugi Bersih Garuda Indonesia Kuartal I 2021 Bengkak Jadi Rp5,57 Triliun
JAKARTA, iNews.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan rugi bersih pada kuartal I 2021 sebesar 384,34 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp5,57 triliun. Rugi bersih perseroan melonjak 219,86 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 120,16 juta dolar AS.
Meningkatnya rugi bersih perseroan dipicu anjloknya pendapatan usaha perseroan pada tiga bulan pertama tahun ini menjadi 353,07 juta dolar AS atau setara Rp5,12 triliun. Pendapatan ini susut 54,03 persen dibanding periode yang sama 2020, yang mencapai 768,12 juta dolar AS.
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), turunnya pendapatan usaha perseroan karena pendapatan usaha dari penerbangan terjadwal turun 57,49 persen menjadi 278,22 juta dolar AS dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 654,52 juta dolar AS.
Namun penerbangan tidak terjadwal tercatat 22,78 juta dolar AS, naik 328 persen dibanding periode yang sama tahun lalu senilai 5,31 juta dolar AS. Sedangkan, pendapatan usaha lainnya senilai 52,06 juta dolar AS, menurun 51,92 persen dari kuartal I 2020 sebesar 108,27 juta dolar AS.
Sementara itu, perseroan mencatat kenaikan beban pemeliharaan dan perbaikan di kuartal I 2021 menjadi 159,73 juta dolar AS dibanding periode yang sama tahun lalu senilai 128,52 juta dolar AS. Meski beban tersebut naik, namun beban operasional penerbangan bisa ditekan menjadi 392,25 juta dolar AS dari sebelumnya 525,65 juta dolar AS, serta beban umum dan administrasi turun menjadi 46,25 juta dolar AS dari sebelumnya 72,45 juta dolar AS.
Dalam laporan keuangan maskapai pelat merah itu, total aset tercatat sebesar 10,57 miliar dolar AS, turun dibanding akhir Maret 2020 sebesar 10,78 miliar dolar AS. Sedangkan, liabilitas sebesar 12,90 miliar dolar, dan ekuitas minus 2,32 miliar dolar AS.
Kas bersih digunakan untuk aktivitas operasi tercatat 34,76 juta dolar AS, kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi tercatat 98,12 juta dolar AS, dan kas bersih diperoleh dari aktivitas pendanaan tercatat 100,90 juta dolar AS.
Dalam keterangannya, manajemen Garuda menyatakan, kinerja perseroan sepanjang tiga bulan pertama 2021 dipengaruhi pandemi Covid-19, diikuti dengan pembatasan perjalanan.
"Ini telah menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan, dan memiliki dampak buruk pada operasi dan likuiditas grup," kata manajemen Garuda.
Sebagai bagian dari usaha berkesinambungan untuk menghadapi dan mengelola kondisi tersebut, Garuda mengambil sejumlah langkah yang telah dan akan dilaksanakan secara berkelanjutan, di antaranya optimalisasi pendapatan penumpang berjadwal baik rute domestik dan internasional melalui optimalisasi produksi serta strategi dynamic pricing; meningkatkan pendapatan kargo berjadwal, salah satunya dengan melakukan penerbangan cargo only selama masa pandemi untuk mengompensasi penurunan pendapatan dari penumpang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Selain itu, menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit; rightsizing untuk meningkatkan margin di rute-rute potensial; meningkatkan charter revenue yang berkelanjutan dengan membuat kerjasama kemitraan jangka pendek dan jangka panjang; menerapkan protokol Covid-19 pada seluruh titik layanan Garuda Indonesia (Cleanliness, Safety and Healthiness), serta melakukan campaign melalui media sosial.
"Meningkatkan arus kas dengan mengganti cadangan pemeliharaan dengan jaminan pembayaran (SBLC) dari pihak perbankan dan secara aktif mencari alternatif pendanaan terkait utang dan pinjaman yang akan jatuh tempo," tulis manajemen.
Di samping itu, sinergi Garuda Indonesia Grup melalui keselarasan rute dan penetapan jadwal penerbangan yang disesuaikan dengan permintaan pasar; dan melakukan negosiasi dengan lessor terkait penurunan biaya sewa pesawat, penundaan kedatangan pesawat baru, maupun opsi early redelivery pesawat.
Namun demikian, keterlaksanaan dan efektivitas rencana manajemen dalam memperbaiki kondisi keuangan Garuda akan tergantung pada asumsi-asumsi, seperti kreditur akan menyetujui relaksasi pembayaran utang, lessor akan menyetujui untuk negosiasi restrukturisasi kewajiban sewa, kemampuan Garuda melakukan rasionalisasi positif jumlah dan biaya karyawan sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan.
Selain itu, pemegang saham akan terus memberikan dukungan finansial kepada Garuda dan Direktorat Jenderal Pajak akan menyetujui relaksasi pembayaran kewajiban perpajakan perseroan.
"Jika Garuda tidak dapat merealisasikan rencana dan tindakan yang disebutkan di atas, Garuda mungkin tidak dapat terus beroperasi sebagai kelangsungan usaha. Laporan keuangan konsolidasian ini tidak mencerminkan penyesuaian yang diperlukan jika Garuda tidak dapat melanjutkan kelangsungan usahanya," tulis manajemen.
Editor: Jujuk Ernawati