Rupiah Sepekan Melemah Tipis 0,09 Persen, Sentuh Rp16.750 per Dolar AS
JAKARTA, iNews.id - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menutup pekan pendek perdagangan libur natal dengan pelemahan. Meski sempat mencatatkan penguatan tipis pada akhir perdagangan, mata uang Garuda masih berada dalam tren negatif jika dihitung dalam akumulasi sepekan.
Pada penutupan perdagangan, Rabu (24/12/2025), Rupiah sebenarnya menguat 0,09 persen ke level Rp16.750 per dolar AS. Namun, capaian tersebut belum mampu membalikkan keadaan, di mana secara keseluruhan dalam sepekan rupiah tercatat masih melemah sebesar 0,09 persen.
Kondisi Rupiah berbanding terbalik dengan mayoritas mata uang di kawasan Asia yang justru kompak menguat tajam terhadap dolar AS pada hari yang sama. Melemahnya Indeks Dolar AS (DXY) ke level 97 menjadi angin segar bagi mata uang regional.
Adapun, performa mata uang Asia terhadap dolar AS seperti Won Korea Selatan memimpin penguatan signifikan lebih dari 1,7 persen, disusul Ringgit Malaysia menguat sekitar 0,37 persen dan Baht Thailand naik 0,26 persen.
Sementara itu, mata uang Jepang, China, Taiwan, dan Singapura kompak menguat di rentang 0,12 persen hingga 1,19 persen. Kemudian Rupiah dan Filipina menguat tipis di bawah 0,1 persen.
Rupee India menjadi satu-satunya yang terkoreksi sebesar 0,41 persen.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong menilai rupiah masih memiliki peluang untuk menguat di pekan depan.
Hal ini didorong oleh berlanjutnya tren pelemahan dolar AS akibat rilis data ekonomi domestik Paman Sam yang mengecewakan, seperti data penjualan barang tahan lama dan indeks kepercayaan konsumen, meskipun data PDB mereka sempat direvisi naik.
Faktor likuiditas global juga turut memengaruhi posisi greenback saat ini.
"Dolar AS juga masih tertekan oleh penambahan likuiditas 40 miliar dolar AS per bulan oleh The Fed yang telah dimulai pertengahan Desember. Range 16.650-16.800," kata Lukman.
Dengan adanya suntikan likuiditas dari Bank Sentral AS tersebut, pelaku pasar memprediksi tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, akan sedikit mereda saat perdagangan kembali dibuka pasca-libur Natal.
Editor: Aditya Pratama