Sepanjang 2017 Garuda Indonesia Terus Merugi, Ada Apa?
JAKARTA, iNews.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatat kerugian yang signifikan sepanjang tahun 2017 dalam laporan yang belum diaudit. Namun, perusaaan pelat merah ini berupaya terus melakukan efisiensi untuk menekan angka kerugian dan memperbaiki pelayanan.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Imam memaparkan, pada kuartal I-2017, kerugian yang ditanggung mencapai 90 juta dolar Amerika Serikat (AS). Kemudian pada bulan April ada manajemen anyar dengan Pahala Mansury sebagai Direktur Utama dan mencanangkan kebijakan baru.
Namun, memasuki kuartal II ternyata kerugian perusahaan membengkak menjadi 221,9 juta dolar AS. Lonjakan ini disebabkan GIAA harus menanggung biaya non-recurring expense yang dikomposisi dari pembayaran tax amnesty sebesar 137 juta dolar AS.
"Kuartal II ikut tax amnesty ada impact kerugian 138 juta dolar AS. Ditambah kemudian ada keputusan pengadilan Australia potensial denda sampai hari ini belum siapkan 7 juta dolar AS," kata Helmi dalam konferensi pers di Restoran Manggar, Jakarta, Selasa (23/1/2018).
Dia melanjutkan, di kuartal III GIAA berhasil mengantongi laba bersih sebesar 61,7 juta dolar AS. Adapun total pendapatan sepanjang tahun 2017 sebesar 3,2 juta dolar AS atau setara dengan Rp43,2 miliar mengacu kurs Rp13.500 per dolar AS.