Strategi Garuda Indonesia Perbaiki Kinerja Keuangan Akibat Rugi Rp34 Triliun di 2020
JAKARTA, iNews.id - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mencatatkan rugi sebesar 2,44 miliar dolar AS atau setara Rp34,45 triliun pada 2020. Rugi ini naik dibanding 2019, yang tercatat sebesar 38,93 juta dolar AS.
Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan perseroan tahun lalu tercatat sebesar 1,49 miliar dolar AS. Pendapatan perusahaan penerbangan pelat merah ini turun 67,36 persen dari tahun sebelumnya senilai 4,57 miliar dolar AS dengan rugi per saham dasar 0,09437 dolar AS.
Adapun pendapatan usaha perseroan terdiri atas penerbangan berjadwal, penerbangan tidak berjadwal, dan lainnya. Penerbangan berjadwal menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan, yakni mencapai 1,20 miliar dolar AS, namun angkanya lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 3,77 miliar dolar AS.
Sementara penerbangan tidak terjadwal tercatat 77,24 juta dolar AS, juga menurun dari sebelumnya 249,90 juta dolar AS, dan lainnya tercatat 214,41 juta dolar AS atau lebih rendah dari sebelumnya 549,33 juta dolar AS.
GIAA mencatatkan adanya kenaikan beban pemeliharaan dan penerbangan pada tahun lalu menjadi 800,55 juta dolar AS dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 585,90 juta dolar AS, beban umum dan administrasi juga naik menjadi 350,25 juta dolar AS dari sebelumnya 249,98 juta dolar AS. Sedangkan beban operasional menurun menjadi 1,65 miliar dolar AS dari sebelumnya 2,54 miliar dolar AS.
Kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi tercatat 110,37 juta dolar AS. Kas bersih digunakan untuk aktivitas investasi tercatat minus 55,94 juta dolar AS, dan kas bersih digunakan untuk aktivitas pendanaan tercatat minus 150,93 juta dolar AS.
Manajemen Garuda menjelaskan, sebagai bagian dari usaha berkesinambungan untuk menghadapi dan mengelola kondisi di atas, Grup mengambil langkah-langkah yang telah dan akan dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai berikut:
- Optimalisasi pendapatan penumpang berjadwal baik rute domestik dan internasional melalui optimalisasi produksi serta strategi dynamic pricing
- Meningkatkan pendapatan kargo berjadwal, salah satunya dengan melakukan penerbangan cargo only selama masa pandemi untuk mengompensasi penurunan pendapatan dari penumpang sesuai dengan peraturan yang berlaku
- Menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit
- Rightsizing untuk meningkatkan margin di rute-rute potensial
- Meningkatkan charter revenue yang berkelanjutan dengan membuat kerjasama kemitraan jangka pendek dan jangka panjang
- Menerapkan protokol Covid-19 pada seluruh titik layanan Garuda Indonesia (cleanliness, safety, and healthiness), serta melakukan kampanye melalui media sosial
- Meningkatkan arus kas dengan mengganti cadangan pemeliharaan dengan jaminan pembayaran (SBLC) dari pihak perbankan
- Secara aktif mencari alternatif pendanaan terkait utang dan pinjaman yang akan jatuh tempo
- Sinergi Garuda Indonesia Grup melalui keselarasan rute dan penetapan jadwal penerbangan yang disesuaikan dengan permintaan pasar
- Melakukan negosiasi dengan lessor terkait penurunan biaya sewa pesawat, penundaan kedatangan pesawat baru, maupun opsi early redelivery pesawat.
Sementara itu, Garuda Indonesia mencatatkan liabilitas sebesar 12,73 miliar dolar AS dan ekuitas minus 1,94 miliar dolar AS. Adapun total aset perseroan meningkat menjadi 10,78 miliar dolar AS dibanding tahun 2019 sebesar 4,45 miliar dolar AS.
Editor: Jujuk Ernawati