Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ariana Grande Terkena Covid-19 hingga Sejumlah Acara Dibatalkan, Begini Kondisinya
Advertisement . Scroll to see content

Ancaman Gelombang Kedua Covid-19, OPEC+ Perkirakan Surplus Minyak pada 2021

Sabtu, 17 Oktober 2020 - 13:03:00 WIB
Ancaman Gelombang Kedua Covid-19, OPEC+ Perkirakan Surplus Minyak pada 2021
OPEC+ mengkhawatirkan gelombang kedua Covid-19 yang berkepanjangan dan lonjakan produksi di Libya dapat mendorong pasar minyak menjadi surplus pada 2021. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

WINA, iNews.id - Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya (OPEC+) mengkhawatirkan gelombang kedua Covid-19 yang berkepanjangan dan lonjakan produksi di Libya dapat mendorong pasar minyak menjadi surplus pada 2021. Perkiraan itu lebih suram dari gambaran sebulan yang lalu.

Panel pejabat dari negara produsen di OPEC+, atau yang disebut Komite Teknis Bersama (JTC), mempertimbangkan skenario terburuk itu selama pertemuan bulanan virtual pada Kamis (15/10/2020). Berbeda dengan pertemuan sebelumnya pada September, di mana JTC tidak melihat surplus di bawah skenario apa pun.

Surplus yang dimaksud dapat mengancam rencana OPEC+ untuk mengurangi rekor pemotongan produksi yang dibuat pada 2020, dengan menambahkan 2 juta barel per hari minyak ke pasar pada 2021. OPEC sejauh ini belum mengindikasikan rencana untuk menghentikan peningkatan pasokan itu.

"Kebangkitan kembali kasus Covid-19 hampir di seluruh negara dan lockdown yang diperketat berisiko terhadap pemulihan permintaan minyak. Tanda-tanda pemulihan ekonomi di beberapa negara tengah dibayangi oleh kondisi rapuh, ini meningkatkan skeptisisme tentang pemulihan permintaan," ujar juru bicara OPEC+ dikutip dari Reuters, Sabtu (17/10/2020).

Dalam perkiraannya, OPEC+ menyajikan skenario termasuk kasus dasar yang masih menunjukkan defisit rata-rata 1,9 juta barel per hari pada 2021, meskipun lebih kecil dari perkiraan defisit 2,7 juta barel per hari pada kasus dasar bulan sebelumnya. Namun, di bawah skenario terburuknya, OPEC+ mengatakan pasar bisa berubah menjadi surplus hingga 200.000 barel per hari di 2021.

Tahun ini, OPEC + setuju untuk membuat pemotongan produksi guna mendukung jatuhnya harga karena permintaan minyak runtuh. Pemotongan hingga 9,7 juta barel per hari sejak Mei menjadi pemotongn terbesar sepanjang sejarah, kemudian pada Agustus diturunkan menjadi 7,7 juta barel per hari dari. Lalu mulai Januari 2021, pemotongan akan lebih turun menjadi 5,7 juta barel per hari.

Sejak JTC mengadakan pertemuan pada September, produksi Libya tercatat meningkat dan diikuti dengan lockdown yang diperketat di beberapa negara, hingga melemahkan permintaan minyak mentah. Libya sendiri merupakan anggota OPEC yang dibebaskan dari kebijakan pengurangan produksi.

Pada skenario surplus yang dirancang OPEC+, produksi Libya diprediksi meningkat pada 2021 menjadi sebanyak 1,1 juta barel per hari. Sementara untuk produksi Libya, di bawah kasus dasarnya akan menjadi 600.000 barel per hari pada 2021.   

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut