Bank Indonesia Proyeksikan Ekonomi Tak Lama Lagi Segera Pulih
JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) yakin perekonomian akan segera pulih, meski saat ini tertekan akibat dampak pandemi virus corona atau Covid-19. Hal ini terlihat dari beberapa indikasi perekonomian.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, indikasi perekonomian Indonesia dalam waktu yang tidak terlalu lama akan kembali ke trajectory yang lebih sustainable tampak pada hasil asesmen terkini yang baru saja dirilis oleh Bank Indonesia pasca Rapat Dewan Gubernur 13-14 April 2020. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, dampak negatif dari kontraksi ekonomi global dan upaya pencegahan penyebaran Covid-19 diprakirakan terjadi terutama pada triwulan II dan III 2020, untuk kemudian mulai membaik pada triwulan IV 2020.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi 2,3 persen pada 2020 dan meningkat lebih tinggi pada 2021. Dari sisi eksternal, berkurangnya kebutuhan impor barang dan jasa transportasi serta pembayaran imbal hasil investasi menyebabkan berkurangnya defisit transaksi berjalan sehingga memperkecil kebutuhan pembiayaan dari luar negeri secara signifikan.
"Oleh karenanya, prospek Neraca Pembayaran Indonesia 2020 diprakirakan tetap baik sehingga dapat memperkuat ketahanan sektor eksternal," ujar Perry, dalam keterangannya, Sabtu (18/4/2020).
Ketahanan sektor eksternal juga ditopang oleh cadangan devisa yang pada akhir Maret 2020 berjumlah 121,0 miliar dolar AS atau setara dengan pembayaran 7,0 bulan impor dan kewajiban utang luar negeri pemerintah, dan akan meningkat pada akhir April 2020.
Kondisi ini berdampak positif terhadap nilai tukar rupiah yang diprakirakan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp15.000 per dolar AS pada akhir 2020, disertai laju inflasi yang tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran 3,0 persen ±1 persen pada 2020 dan 2021.
Sementara itu, pada sektor keuangan, di tengah perlambatan ekonomi, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga seperti tercermin pada rasio kecukupan modal (CAR) perbankan Februari 2020 yang tinggi, yakni 22,27 persen, dan rasio kredit bermasalah (NPL) yang rendah, yakni 2,79 persen (gross) dan 1,04 persen (net).
"Kepercayaan investor internasional juga berangsur-angsur pulih kembali sebagaimana ditunjukkan oleh keberhasilan Pemerintah Indonesia pada awal April 2020 menerbitkan obligasi di pasar keuangan global dalam jumlah yang cukup besar dan harga yang wajar di tengah kondisi yang masih dipenuhi ketidakpastian yang tinggi," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk