Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak, KCIC Diminta Lakukan Efisiensi
JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Panjaitan melalui juru bicaranya memnita pengembang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) untuk melakukan efisiensi.
Seluruh BUMN yang terlibat dalam proyek strategis nasional (PSN) Kereta Cepat Jakarta-Bandung pun diminta untuk fokus menyelesaikan masalah yang dihadapi.
“Semua BUMN terkait terutama KAI diminta fokus menyelesaikan persoalan KCIC. Diharapkan semua yang dari awal ikut terlibat diproyek, terutama saat menegosiasikan struktur proyek, feasibility study, pendanaan, dan aspek legalitas tetap fokus pada solusi,” kata Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Jumat (3/9/2021).
Jodi mengungkapkan, Menko Luhut dan tim telah mendorong KCIC untuk melakukan sejumlah efisiensi terkait permasalahan biaya pembangunan supaya biaya pembangunan bisa dihemat
“Range cost overrun nanti masih subject dari audit BPKP supaya angkanya bisa lebih akurat. Biaya proyek proyek pun membengkak," ujarnya.
Mengenai pemenuhan dana untuk cost overrun saat ini masih dalam pembahasan pemerintah Indonesia dan BUMN sponsor.
Adapun KCIC terdiri dari dua konsorsium, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan konsorsium China. Di PSBI, ada sejumlah perusahaan BUMN yang bergabung, yakni PT Wijaya Karya memiliki 38 persen, KAI 25 persen, PT Jasa Marga 12 persen, dan PTPN VIII 25 persen. Jadi, total saham PSBI sebesar 60 persen di KCJB.
Sisanya dimiliki konsorsium China, yang terdiri dari Beijing Yawan HSR Co. Ltd memiliki 40 persen saham di proyek tersebut. Konsorsium ini terdiri atas lima perusahaan, yaitu CRIC dengan saham 5 persen, CREC sebanyak 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRCC 12 persen, dan CRSC 10,12 persen.
Editor: Jujuk Ernawati