Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Prabowo Ungkap Angka Pengangguran Nasional Turun ke Level Terendah sejak Krisis 1998
Advertisement . Scroll to see content

Chatib Basri: Penanganan Krisis 2008 Lebih Mudah Ketimbang Corona

Selasa, 21 April 2020 - 15:04:00 WIB
Chatib Basri: Penanganan Krisis 2008 Lebih Mudah Ketimbang Corona
Ekonom Senior Chatib Basri. (Foto: iNews.id)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Wabah virus corona pada 2020 ini menimbulkan dampak besar bagi perekonomian global. Dunia sendiri tercatat pernah mengalami krisis ekonomi yang cukup pelik saat 2008 lalu.

Namun demikian, Ekonom Senior Chatib Basri menyatakan, dampak corona akibat wabah virus corona saat ini berbeda dengan krisis saat 2008 lalu. Dia menyebutkan, krisis 2008 disebabkan karena krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS).

“Beda dengan 2008, krisis keuangan global lebih mudah penanganannya ketimbang sekarang,” kata Chatib saat diskusi virtual, Selasa (21/4/2020).

Dia menyebutkan, krisis 2008 menyebabkan kinerja ekspor Indonesia saat itu terganggu. Hal tersebut mendorong pemerintah untuk memberikan stimulus ekonomi kepada pasar domestik, mengingat pasar internasional tengah mengalami disrupsi akibat krisis tersebut.

“Dikeluarkan stimulus fiskal untuk dorong daya beli, pajak dipotong dan seterusnya. Akibatnya, Indonesia saat itu termasuk negara yang bisa tumbuh paling tinggi di dunia saat itu 4,6 persen karena kita bisa memindahkan masalah eksternal menjadi fokus ke domestik. Domestik bisa dorong dan kita bisa survive,” tutur Chatib.

Hal tersebut berbeda dengan kondisi ekonomi yang terjadi saat ini. Dia menyebutkan kondisi ekonomi saat ini lebih disebabkan karena terganggunya aspek supply dan demand yang mengalami disrupsi. 

Hal itu diperparah penyebaran virus corona yang awal mulanya ditemukan di China yang dia pandang saat ini merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap jaringan suplai global yakni mencapai sekitar 20 persen.

“Permintaan dari China menurun. Buat Indonesia terpukul karena ekspor ke China adalah batubara dan kelapa sawit. Pajak terbesar kan dari perusahaan batubara dan kelapa sawit. Kemudian punya dampak kepada ekspor, investasi, dan daya beli,” ucap Chatib.

Hal ini diperparah dengan langkah dari banyak negara-negara yang mulai melakukan pembatasan terhadap pergerakan manusia di wilayahnya demi menekan penyebaran wabah virus corona. Dia menyebutkan langkah tersebut berdampak pada terganggunya produktivitas pasar.

Atas dasar tersebut, dia menekankan pentingnya bagi pemerintah untuk berhati-hati dalam menangani wabah virus corona. Dia juga berpandangan langkah pemerintah yang memfokuskan anggaran ke sektor kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi sudah tepat.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut