Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Purbaya Mau Ubah Rp1.000 Jadi Rp1, Aturan Rampung 2027
Advertisement . Scroll to see content

Ekonom Nilai BI Masih Perlu Tahan Suku Bunga di 6,25 Persen, Ini Alasannya

Rabu, 21 Agustus 2024 - 10:34:00 WIB
Ekonom Nilai BI Masih Perlu Tahan Suku Bunga di 6,25 Persen, Ini Alasannya
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky menilai BI perlu kembali mempertahankan suku bunga di level 6,25 persen pada Agustus 2024. (Foto: ilustrasi/Okezone) 
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky menilai Bank Indonesia (BI) perlu kembali mempertahankan suku bunga atau BI Rate di level 6,25 persen pada periode Agustus 2024. Hal ini atas dasar beberapa bahan pertimbangan.

Pertimbangan pertama, inflasi umum melambat menjadi 2,13 persen (yoy) pada Juli 2024, turun dari 2,51 persen pada Juni 2024, didorong oleh penurunan harga pangan pascapanen dan permintaan yang lebih rendah setelah Idul Adha.

"Inflasi inti naik tipis menjadi 1,95 persen (yoy) pada Juli 2024, didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan, kopi, dan pendidikan," ujar Riefky dalam keterangannya, Rabu (21/8/2024).

Selanjutnya, kemungkinan The Fed memangkas suku bunganya yang mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2020, sehingga arus modal masuk ke berbagai negara berkembang dan Rupiah telah ter-apresiasi sebesar 3,21 persen (mtm) dalam 30 hari terakhir.

Nilai tukar rupiah terapresiasi sebesar 3,80 persen menjadi Rp15.675 per dolar AS antara 30 Juli dan 14 Agustus, didukung oleh arus modal masuk di tengah ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.

Lalu, cadangan devisa Indonesia meningkat sebesar 5,2 miliar dolar AS, kenaikan tertinggi secara bulanan sejak Desember 2023.

Riefky menuturkan, meski inflasi menurun, penurunan suku bunga yang terlalu cepat dapat meningkatkan volatilitas mata uang RI dan berpotensi melemahkan rupiah karena dapat memicu arus modal keluar. 

Untuk menjaga perbedaan suku bunga dan menstabilkan mata uang, BI perlu menyelaraskan momentum penurunan suku bunga dengan pelonggaran moneter the Fed. 

"Oleh karena itu, BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25 persen rapat dewan gubernur bulan Agustus ini," tuturnya.

Riefky menilai, pemotongan suku bunga acuan yang terlalu dini berisiko mendorong arus modal keluar sehingga meningkatkan volatilitas dan memicu depresiasi rupiah.

Oleh sebab itu, pemotongan suku bunga acuan oleh BI nampaknya perlu sejalan dengan momentum pemotongan suku bunga the Fed untuk menjaga perbedaan tingkat suku bunga. 

Sehingga, BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25 persen pada rapat dewan gubernur BI Agustus ini.

Editor: Aditya Pratama

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut