Gara-gara Peringkat Ekonomi China, Kepala IMF Tersandung Kasus dengan Bank Dunia
JAKARTA, iNews.id - Kabar tak sedap datang dari organisasi Dana Moneter Internasional (IMF). Kepala IMF, Kristalina Georgieva, diduga menyalahgunakan wewenang saat masih bekerja di Bank Dunia.
Georgieva yang pernah menjabat sebagai Pejabat Eksekutif di Bank Dunia, dikabarkan pernah menekan stafnya untuk mengubah data dengan tujuan menaikkan posisi peringkat ekonomi China.
Isu tersebut mencuat ke publik setelah anggota dewan eksekutif IMF meninjau laporan yang disiapkan Bank Dunia dan menemukan adanya hal yang keliru.
Setelah dilakukan kroscek, Bank Dunia meminta penasihat hukum independen untuk menemukan kekeliruan yang dimaksud. Georgieva akhirnya resmi dipanggil oleh bekas tempat kerjanya itu untuk konfirmasi, pada Kamis (16/9).
Kepada publik, Georgieva menyatakan tidak setuju dengan temuan dan anggapan tersebut, dikutip dari Bloomberg, Jumat (17/9/2021).
Apa masalahnya?
Bank Dunia menemukan ada masalah etik saat meninjau laporan 'Doing Business', yaitu sebuah publikasi terkemuka yang berisi studi dan riset untuk mengukur aktivitas bisnis di 190 negara anggota.
Dalam 'Doing Business', tersaji indikator perihal perbandingan peraturan bisnis, reformasi ekonomi, hingga perlindungan hak milik di negara-negara anggota dengan tujuan untuk mendorong efisiensi dan jaminan kebebasan berbisnis.
Posisi China dalam laporan Doing Business Bank Dunia pada 2018, dianggap seharusnya berada di nomor 85.
Tetapi laporan tersebut menuliskan China berada di peringkat 78. Artinya, tujuh tempat lebih tinggi dari temuan ini.
"(Adanya) perubahan data (peringkat) China dalam Doing Business 2018 tampaknya adalah hasil dari tekanan yang diterapkan oleh petinggi bank terhadap tim (staf) Doing Business," tulis laporan Bank Dunia, Kamis (16/9).
Bank Dunia menyebut nama Georgieva bersama seorang penasihatnya "telah memberi 'tekanan' agar 'membuat perubahan spesifik' atas data yang diperoleh China untuk meningkatkan poin peringkatnya."
"Di mana persis pada saat yang sama, negara itu (China) diharapkan bisa memainkan peran untuk meningkatkan modal bank," lanjut laporan tersebut.
Menanggapi hal itu, perempuan asal Bulgaria yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Komisi Eropa ini tegas menolak semua tuduhan terhadapnya.
"Pada dasarnya, saya tidak setuju dengan temuan dan anggapan terkait peran saya dalam laporan Doing Business Bank Dunia pada 2018. Saya sudah memberikan arahan kepada Dewan Eksekutif IMF perihal masalah ini," kata Georgeiva dalam sebuah pernyataan tertulis.
Sampai berita ini dibuat, dugaan pelanggaran ini telah diserahkan kepada Komite Etik IMF untuk dibahas di tingkat internal dewan.
Editor: Jeanny Aipassa