JAKARTA, iNews.id - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) meningkatkan intensitas penanganan banjir melalui pembangunan Pengendalian Banjir Sungai Konaweha dan Pengendalian Banjir Kota Kendari. Adapun proyek tersebut dikerjakan oleh BWS Sulawesi IV.
Sungai Konaweha sendiri memiliki luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sekitar 6.500 km2 dengan panjang sungai utama 350 kilometer dan menjadi sungai terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dibalik potensinya yang sangat besar untuk mendukung kehidupan masyarakat yang ada di sana, sungai ini juga memiliki ancaman bencana apabila tidak ditata dan dijaga lingkungan sekitarnya.
Penasihat Ekonomi Trump Desak The Fed Pangkas Suku Bunga pada Desember 2025
Seperti halnya yang terjadi pada pertengahan 2019 lalu di mana intensitas hujan yang tinggi dan berlangsung lama mengakibatkan Sungai Konaweha dan anak sungai lainnya meluap yang menyebabkan banjir besar di DAS (Daerah Aliran Sungai) Konaweha, Lasolo dan Kota Kendari. Bencana tersebut pun merusak berbagai fasiltas umum, rumah warga, dan infrastruktur sumber daya air seperti tanggul sungai dan tanggul irigasi yang mengakibatkan banyak warga harus mengalami gagal panen.
Agar bencana ini tak terulang lagi, Kepala BWS Sulawesi IV Kendari, Haeruddin C. Maddi menjelaskan bahwa pada DAS Konaweha akan dibangun beberapa infrastruktur sumber daya air, seperti halnya bendungan dan tanggul karena memiliki potensi yang sangat besar untuk mengairi beberapa daerah irigasi, baik kewenangan pusat maupun daerah.
Kementerian PUPR Siapkan Akses Menuju Pelabuhan Patimban
“Pasca bencana banjir tahun 2019, BWS Sulawesi IV Kendari melalui Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (Satker PJSA) membangun tanggul di DAS Konaweha sepanjang 1,2 km, dan kemudian pada pertemuan Sungai Konaweha dan anak sungai terbesarnya yaitu Sungai Lahumbuti sepanjang 3 km. Tanggulnya didesain untuk periode ulang Q25, jadi tanggul yang sudah ada akan ditingkatkan, begitu juga dengan tanggul baru yang diharapkan akan menahan luapan air agar tidak melimpas ke samping kanan dan samping kiri,” ujar Haeruddin dalam keterangannya, Senin (30/11/2020).
Tak hanya itu, pendudu yang cukup padat serta banyaknya kawasan industri membuat pembangunan pengendalian banjir di DAS Konaweha dinilai cukup strategis. Kemudian, BWS Sulawesi IV Kendari juga melakukan relokasi warga yang tinggal pada DAS Lasolo sebagai salah satu solusi penanganan banjir.
“Tahun lalu, banjir yang melanda DAS Lasolo juga besar, namun dampak dan kerugian yang ditimbulkan tidak begitu besar karena di daerah ini penduduknya masih sedikit. Jadi, solusi yang akan dilakukan oleh BWS Sulawesi IV Kendari dalam menangani banjir di daerah tersebut dengan melakukan relokasi pada 2 kampung yang ada di sana,” kata Kepala Satker PJSA Arbor Reseda saat menjelaskan penanganan banjir di Sulawesi Tenggara.
Relokasi ini dilakukan sebabpada DAS Lasolo belum dihuni oleh banyak warga. Selain itu, untuk menangani banjir di Kota Kendari, BWS Sulawesi IV Kendari juga sedang membangun tanggul sepanjang 10 km (sisi kanan dan kiri) dari Muara Teluk Kendari hingga hulu DAS Wanggu.
“Di kota Kendari, ada Teluk Kendari. Walaupun hanya ada satu sungai besar yaitu sungai Wanggu, tapi di kanan kiri teluk ada banyak sungai yang memiliki tipe banjir bandang, karena air yang datang dari kawasan perbukitan ketika hujan, langsung menuju ke Teluk Kendari. Saat ini, total tanggul yang sudah selesai dikerjakan yaitu 16 km, masih ada sisa 4 km yang sedang proses pembebasan lahan,” kata Arbor Reseda.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku