Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Mangkrak 26 Tahun, Blok Masela Ditargetkan Mulai Produksi di 2029
Advertisement . Scroll to see content

Harga Mahal, Masyarakat Diminta Awetkan dan Tanam Cabai

Minggu, 14 Maret 2021 - 21:12:00 WIB
Harga Mahal, Masyarakat Diminta Awetkan dan Tanam Cabai
Kementan terus melakukan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan harga cabai agar tidak melonjak tinggi. (Foto: SIndo)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya untuk menjamin ketersediaan harga cabai agar tidak melonjak tinggi. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha meminta masyarakat juga dapat melakukan pengawetan pada saat harga cabai sedang murah serta menanam aneka cabai di pekarangan.

"Sehingga tidak terlalu terpengaruh apabila terjadi lonjakan harga cabai di pasaran,” ujar Tommy di Jakarta, Minggu (14/3/2021).

Dia menjelaskan, bulan April depan diprediksi pasokan sudah aman sehingga tidak perlu adanya impor cabai. "Data Early Warning System (EWS) kita menunjukkan neraca produksi cabai rawit surplus sebesar 42 ribu ton di bulan April dan 48.000 ton di bulan Mei," kata Tommy.

Dia menekankan, saat ini Kementan dan Kementerian BUMN sebagai off taker akan mendorong petani menerapkan inovasi rain shelter untuk  melakukan tanam pada bulan off season (Juli-Agustus). Untuk menjaga pasokan cabai di DKI Jakarta sebagai barometer harga komoditas nasional, maka perlu ada buffer stock berupa standing crop di wilayah-wilayah daerah penyangga yang dapat dikendalikan Pemerintah. 

"Kita terus mengedukasi masyarakat untuk mengonsumsi cabai olahan (kering, bubuk, pasta, sambal botol, saus), sehingga tidak tergantung kepada cabai segar," ujarnya.

Sebelumnya, harga cabai rawit mengalami kenaikan dipacu pasokan yang berkurang akibat berbagai faktor. Hal tersebut mulai dari berkurangnya pertanaman karena rendahnya harga sepanjang tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19. 

Ditambah dengan faktor cuaca ekstrem (La Nina) yang mengganggu produksi hingga bencana alam yang merusak pertanaman di beberapa wilayah sentra produksi.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut