Harga Premium Perlu Dinaikkan jika Minyak Dunia Tembus 100 Dolar AS
JAKARTA, iNews.id - Pemerintah dinilai harus menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium jika harga minyak mentah dunia sudah menembus 100 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.
Pengamat energi Fahmy Radhi menilai, pemerintah tidak bisa terus menahan harga Premium yang saat ini dipatok Rp6.550 per liter. Namun, dia memaklumi alasan pemerintah sebelumnya yang membatalkan pengumuman kenaikan Premium.
"Saya setuju ini tidak dinaikkan, tapi ada batasnya. Sampai cut-offnya itu 100 dolar AS per barel, mau tidak mau ya harus naik," kata Fahmy dalam Talkshow Akhir Pekan Polemik Radio MNC Trijaya Network bertajuk "BBM & Situasi Kita" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (13/10/2018).
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM itu menilai, PT Pertamina (Persero) masih cukup kuat menanggung dengan harga minyak mentah dunia saat ini berada di kisaran 70-80 dolar AS per barel. Namun, jika sudah menyentuh 100 dolar AS per barel, beban Pertamina makin berat karena deviasi antara harga yang dipatok dengan harga keekonomian makin lebar.
"Kalau sekarang masih 83 dolar AS per barel saya kira Pertamina masih mampulah untuk menahan, tapi kalau harga minyak udah 100 dolar AS per barel maka bebannya akan berat sekali, baik Pertamina atau APBN," ucap Fahmy.