Hingga Maret, Rupiah Terdepresiasi 1,5 Persen
JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) melaporkan, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami depresiasi sebesar 1,5 persen sejak awal Januari hingga Maret. Penyusutan nilai tukar rupiah itu dinilai masih dalam kategori normal.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, anjloknya mata uang Garuda juga terjadi pada mayoritas mata uang lain. Dia mencontohkan, mata uang Filipina hingga India turut terimbas penguatan dolar AS dengan depresiasi yang bahkan melebihi rupiah.
"Nilai tukar rupiah dari Januari sampai Februari depresiasinya 1,5 persen. Kalau Filipina itu mungkin 2 persen, kalau India rupee itu 2 persen, jadi ini semua dalam keadaan depresiasi," ujar Agus Marto saat ditemui di Kantor BI, Jakarta, Jumat (9/3/2018).
Agus Marto menilai pergerakan rupiah yang sempat menyentuh Rp13.800-an per dolar AS tak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Pasalnya, BI akan terus memantau pergerakan kurs rupiah di pasar sehingga kondisi moneter tetap terjaga.
"Yang terpenting BI akan selalu ada di pasar mengawasi dan menyakinkan bahwa nilai tukar ini efisien, kredibel, dan liquidity-nya ada. Dengan liquidity itu ada, semua orang yang ingin melakukan investasi foreign direct investment atau portofolio investment, kalau dia membutuhkan valas atau menjual valas, itu likuiditasnya ada," katanya.