Impor 100.000 Ton Jagung, Kementan: Penuhi Kebutuhan Peternak Mandiri
JAKARTA, iNews.id - Pemerintah memastikan akan mengimpor jagung untuk pakan ternak sebanyak 50.000 hingga 100.000 ton. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) akan ditugaskan untuk melakukan impor tersebut.
Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro menjelaskan, pada dasarnya produksi jagung nasional di 2018 mengalami surplus 12,98 juta ton pipilan kering (PK). Bahkan, telah dilakukan ekspor jagung sebanyak 372.990 ton ke Filipina dan Malaysia.
Syukur menjelaskan, data surplus tersebut berdasarkan selisih antara perkiraan produksi jagung nasional dengan proyeksi kebutuhan jagung nasional di 2018. Berdasarkan data BPS yang diterima Kementan, produksi jagung di tahun 2018 diperkirakan mencapai 30 juta ton PK, sedangkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan memproyeksi kebutuhan jagung 15,5 juta ton di 2018.
Dia menjelaskan, di sisi lain, pemerintah memang harus mengimpor jagung untuk menstabilkan harga jagung yang melewati harga pokok penjualan (HPP) yang dipatok Rp4.000 per kg. Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) harga jagung sudah mencapai Rp5.200-Rp5.300 per kg.
"Bahwa impor maksimum 100.000 ton untuk kebutuhan para petani ternak mandiri. Kenyataan jagung kita surplus sehingga untuk impor itu hanya bagi yang membutuhkan, saat ini para peternak mandiri," katanya dalam konferensi pers di Gedung Kementan, Jakarta, Sabtu (3/11/2018).
Syukur mengatakan, masalah distribusi menjadi alasan mengapa harga jagung meningkat. Hal ini karena sebaran waktu dan lokasi produksi jagung yang bervariasi, di samping juga pabrikan pakan ternak tidak berada di sentra produksi jagung, sehingga perlu dijembatani antara sentra produksi dengan pengguna agar logistiknya murah.
"Kita ambil contoh, biaya transportasi dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Tanjung Pandan, Belitung biayanya lebih mahal dibandingkan kalau kita melakukan penjualan ekspor ke malaysia, dari Pelabuhan Priok ke Pelabuhan Port Klang, Malaysia," tuturnya.
Untuk transportasi dari Tanjung Priok ke Pelabuhan Tanjung Pandan, tiket untuk mobil angkut dengan kapasitas 14 ton sebesar Rp33 juta. Biaya ini belum termasuk biaya solar mobil dan biaya lainnya.
Sementara dari Tanjung Priok ke Pelabuhan Port Klang, Malaysia dengan kapasitas 24-27 ton hanya membutuhkan biaya USD1.750 atau sekitar Rp26 juta. Biaya tersebut tersebut sudah termasuk dengan pengurusan semua dokumen.
"Ini yang terjadi, perbedaan biaya transportasi tujuan penjualan pasar domestik dan tujuan ekspor. Jadi yang menjadi persoalan karena biaya distribusi yang menjadi kendala," katanya.
Sekedar diketahui, impor jagung diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang berlangsung di kantornya, Jumat (2/11/2018). Rapat ini dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Enggartiasto, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, serta Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas). (Yohana Artha Ully)
Editor: Ranto Rajagukguk