Indef Proyeksi Inflasi Juni 0,3 Persen, Lebih Rendah dari Tahun Lalu
JAKARTA, iNews.id - Inflasi bulan Juni 2018 diperkirakan mengalami kenaikan menjadi 0,3 persen dari bulan kemarin yang hanya 0,21 persen. Hal tersebut wajar terjadi mengingat pada bulan ini terdapat Idul Fitri di mana harga-harga kebutuhan banyak mengalami kenaikan.
Kendati demikian, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, jika dibandingkan tahun lalu inflasi Lebaran tahun ini dapat turun setengahnya. Pada Juni 2017, inflasi berada di level 0,69 persen atau naik 0,3 persen dari Mei 2017 yang sebesar 0,39 persen.
"Juni prediksinya 0,3 persen masih lebih rendah dari Juni tahun lalu di 0,69 persen. Artinya harga kebutuhan pokok memang masih stabil, dorongan harga biasanya di transportasi wajar karena mudik Lebaran," ujarnya saat dihubungi iNews.id, Selasa (19/6/2018).
Berdasarkan hasil tinjauan iNews.id, harga berbagai bahan pokok mengalami penurunan sejak Lebaran tiba. Meskipun pada saat Ramadan harga bahan pokok sempat naik tapi masih dalam batas wajar.
Salah satunya, harga beras jenis medium yang turun menjadi Rp10.000 per kilogram (kg) dari Rp12.500 per kg di Januari kemarin. Walau sudah turun, harga tersebut masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah Rp9.450 per kg.
Kemudian, berbagai jenis cabai sempat mengalami kenaikan sekitar Rp10.000 2-3 hari sebelum lebaran. Saat lebaran berangsur turun menjadi Rp45.000 per kg.
Begitupun dengan komoditas bawang putih dan bawang merah yang sempat mengalami kenaikan harga saat tiga hari sebelum Lebaran. Saat ini harga bawang putih turun menjadi Rp30.000 per kg dari sebelumnya Rp40.000 per kg dan bawang merah Rp40.000-Rp45.000 per kg.
Selain itu, ia menyimpulkan dari inflasi Januari 2018 yang sebesar 0,62 persen turun menjadi 0,21 pada Mei 2018, terdapat indikasi kurangnya permintaan akan barang kebutuhan. Hal ini menjadi alasan inflasi bulan ini dapat lebih rendah dari Juni tahun lalu.
"Harga rendah bisa karena pasokan bisa juga karena permintaan memang turun. Inflasi inti bulan Mei saat Ramadhan lebih rendah dari Januari. Jadi karena pembeli berkurang, si penjual tidak berani naikan harga," kata dia.
Editor: Ranto Rajagukguk