Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Telur hingga Daging Ayam Ras Jadi Penyumbang Utama Inflasi Oktober 2025
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Bank Indonesia (BI) memperkirakan, inflasi sepanjang Januari 2018 akan sekitar 0,6 persen (bulan ke bulan/mtm). Inflasi itu dipengaruhi oleh tekanan harga beras, varietas cabai, dan produk lainnya dari kelompok hortikultura.

Gubernur BI Agus Martowardojo meyakini, tekanan dari kelompok harga pangan itu akan segera mereda, karena meningkatnya produksi pangan usai musim panen awal tahun. Khusus untuk beras, Agus menilai kebijakan impor beras yang sudah dilakukan pemerintah akan membantu menstabilkan harga di pasaran.

"Inflasi Januari minggu ketiga ada di kisaran 0,6 persen dan secara tahunan 3,5 persen. Kita harapkan koordinasi yang sudah kita lakukan pada bulan Januari 2018 akan membuat kita secara umum bisa mengendalikan inflasi 2018," ujar dia.

Proyeksi inflasi tersebut berdasarkan Survei Pemantauan Harga BI hingga pekan ketiga Januari 2018.

Jika inflasi Januari 2018 sebesar 0,6 persen (mtm), maka tekanan Indeks Harga Konsumen di awal 2018 lebih melandai dibanding 2017. Inflasi Januari di 2017 sebesar 0,97 persen (mtm). Sementara inflasi Januari 2016 sebesar 0,51 persen (mtm).

Pemerintah dalam APBN 2018 menetapkan asumsi inflasi 2018 sebesar 3,5 persen, sementara BI di rentang 2,5-4,5 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, harga beras yang cenderung naik pada awal Januari 2018 telah menjadi fokus perhatian pemerintah sejak akhir 2017 dan berbagai upaya siap dilakukan untuk menjaga pergerakan harga komoditas ini.

"Pemerintah melihat faktor-faktor yang bisa dipengaruhi melalui kebijakan, misalnya kebijakan impor beras dan kelancaran arus barang, sehingga inflasi bisa ditekan dan distabilkan pada level yang tetap terjaga rendah," ujarnya.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menekankan, hal terpenting dari impor beras adalah mengembalikan banderol beras sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Di lapangan, harga beras terpantau sudah mencapai Rp13.000-14.000 per kilogramnya.

Harga tersebut dinilai tertinggi sepanjang sejarah penjualan beras yang biasanya naik ke Rp10.000 per kilogram saja. Untuk jumlah beras yang diimpor, Darmin tak ingin memperdebatkan lagi. Sebab, sudah ditetapkan pengimporan sebanyak 500.000 ton.

“Situasinya sekarang sebenarnya sudah tidak ingin berdebat. Tapi, faktanya harganya naik. Kita mau harganya turun ke arah HET-nya toh,” ucapnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut