Inflasi Sri Lanka Turun Jadi 0,8 Persen di September, Ini Pendorongnya
KOLOMBO, iNews.id - Tingkat inflasi harga konsumen Sri Lanka turun menjadi 0,8 persen tahun-ke-tahun pada bulan September, dari 2,1 persen pada bulan Agustus, menurut data Departemen Statistik, Senin (23/10/2023) waktu setempat. Indeks Harga Konsumen Nasional mencatat inflasi harga eceran yang lebih luas dan dirilis dengan jeda 21 hari setiap bulan.
Mengutip Reuters, harga pangan turun 5,2 persen pada bulan September setelah turun 5,4 persen pada bulan Agustus, dari tahun sebelumnya. Namun, harga barang-barang non-makanan naik 5,9 persen di bulan September setelah naik 9 persen tahun-ke-tahun di bulan Agustus.
Sebelumnya, Sri Lanka mengalami rekor inflasi tertinggi setelah perekonomiannya terpukul oleh krisis keuangan terburuk dalam beberapa dekade.
Sejak bulan Juni, inflasi di negara tersebut telah turun tajam, sebagian disebabkan oleh efek dasar statistik, namun juga dibantu oleh menguatnya mata uang Rupee dan membaiknya hasil panen.
Sri Lanka telah menaikkan harga listrik untuk rumah tangga sebesar 18 persen pada minggu lalu, tetapi kenaikan tersebut kemungkinan tidak akan mendorong inflasi secara signifikan, menurut para analis.
“Kami memperkirakan inflasi pada akhir tahun ini akan berada pada kisaran 5 persen. Kenaikan kecil diperkirakan terjadi karena efek dasar akan berakhir pada bulan September namun dampak dari penyesuaian harga diperkirakan tidak terlalu parah,” ujar Kepala Penelitian First Capital Research Dimantha Mathew dikutip, Selasa (24/10/2023).
Sri Lanka mendapatkan kesepakatan tingkat staf mengenai peninjauan pertama dana talangan sebesar 2,9 miliar dolar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF) pada Jumat lalu. Tetapi, negara tersebut masih memerlukan persetujuan dari Dewan Eksekutif pemberi pinjaman global tersebut.
Negara Asia Selatan ini perlu menyelesaikan pembicaraan restrukturisasi utang dengan pemberi pinjaman bilateral utama termasuk Jepang dan India serta pemegang obligasi agar dapat melewati tinjauan pertama dan mendapatkan tahap kedua sekitar 330 juta dolar AS.
Perekonomian Sri Lanka yang terpuruk diperkirakan masih akan berkontraksi sebesar 2 persen pada tahun 2023 setelah menyusut 7,8 persen pada tahun lalu.
Editor: Aditya Pratama