Jepang Masuk Jurang Resesi, Jerman Jadi Negara Ekonomi Terbesar Ketiga di Dunia
TOKYO, iNews.id - Perekonomian Jepang mengalami kontraksi yang tak terduga karena melemahnya konsumsi domestik, Hal ini membuat negara tersebut masuk ke jurang resesi dan kehilangan posisinya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia digantikan oleh Jerman.
Mengutip CNN Business, Produk domestik bruto (PDB) Jepang menyusut sebesar 0,4 persen secara tahunan dalam tiga bulan terakhir tahun 2023, setelah mengalami kontraksi tahunan sebesar 3,3 persen pada kuartal sebelumnya. Resesi dimaksudkan sebagai kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
Data tersebut menegaskan bahwa perekonomian Jepang merupakan negara keempat terbesar di dunia setelah Jerman dalam hal dolar AS pada tahun lalu.
Permintaan domestik sangat lemah, di mana seluruh kategori permintaan domestik utama, termasuk belanja konsumen, bernilai negatif. Hanya permintaan eksternal, yang berasal dari ekspor barang dan jasa yang memberikan kontribusi positif.
Konsumsi swasta, yang mencakup separuh perekonomian, turun 0,9 persen secara tahunan pada kuartal keempat 2023 karena konsumen Jepang berjuang melawan kenaikan harga makanan, bahan bakar, dan barang-barang lainnya. Ini menandai penurunan ketiga berturut-turut.
Ahli Strategi Japanmacro, Neil Newman menuturkan, Jepang mengimpor 94 persen kebutuhan energi dasar dan 63 persen makanannya, sehingga melemahnya yen secara signifikan berkontribusi terhadap biaya hidup yang lebih tinggi.
Mata uang yen anjlok 6,6 persen terhadap dolar AS sejak awal tahun ini. Hal ini menjadikan yen salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di antara mata uang yang digunakan oleh negara-negara industri Kelompok 10.
“Konsumsi swasta sangat lemah, ekspektasi pasar akan tetap datar. Sayangnya hal ini akan menjadi lebih buruk pada bulan Januari setelah gempa Laut Jepang. Orang-orang berhenti berbelanja pada saat terjadi bencana alam,” kata Newman.
Selama kuartal keempat, belanja modal juga turun selama tiga kuartal berturut-turut, turun sebesar 0,3 persen. Investasi perumahan oleh sektor swasta anjlok sebesar 4 persen.
Namun, permintaan eksternal mendukung pertumbuhan secara keseluruhan. Ekspor melonjak sebesar 11 persen secara tahunan dibandingkan kuartal sebelumnya, dibantu oleh melemahnya yen. Secara khusus, konsumsi dalam negeri, termasuk belanja wisatawan, meningkat tajam.
Meskipun jatuh ke dalam resesi teknis, pasar Jepang tetap optimis, dengan indeks acuan Nikkei 225 menguat 1,2 persen dan ditutup di atas level 38.000 untuk pertama kalinya sejak tahun 1990.
Editor: Aditya Pratama