Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Penciptaan Lapangan Kerja Harus Ditopang Industrialisasi
Advertisement . Scroll to see content

Kaleidoskop 2020: Nelangsa Sektor Industri Dihajar Pandemi Covid-19

Sabtu, 26 Desember 2020 - 23:34:00 WIB
Kaleidoskop 2020: Nelangsa Sektor Industri Dihajar Pandemi Covid-19
industri baja. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal Maret 2020 di Indonesia telah berdampak pada perubahan tatanan kehidupan sosial. Dampak tersebut berlanjut dengan menurunnya kinerja ekonomi di hampir semua sektor yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Turunnya kinerja tersebut terjadi sejak memasuki 2020, yang tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang hanya mencapai 2,97 persen. Angka itu kembali menurun signifikan pada kuartal II yang minus 5,32 persen, hingga berujung resesi di kuartal III minus 3,49 persen.

Pemberlakuan physical dan social distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah berimbas pada operasional berbagai sektor usaha. Hal itu akibat kebijakan perusahaan terkait pandemi Covid-19.

Ada yang berhenti beroperasi, beroperasi namun bekerja dari rumah (work from home/WFH). Juga ada yang beroperasi seperti biasa, bahkan melebihi kapasitas sebelum Covid-19.

Tak ingin berlama-lama dalam meraba dampak pandemi Covid-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya, pemerintah memilah sektor mana saja yang terdampak. Sebulan sejak Covid-19 masuk ke Indonesia, tepatnya pada April lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut sektor riil dalam negeri paling terpukul pandemi corona.

Bahkan, hal itu berpotensi menyebabkan terjadinya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Saat itulah pertama kalinya Jokowi menekankan pentingnya pemberian stimulus ekonomi untuk sektor riil.

Pengaruh Covid-19 ke Sektor Usaha

Pada akhir April 2020, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membeberkan sektor riil yang terkena dampak Covid-19. Dia menyebut, yang paling terparah adalah sektor restoran dan pariwisata yang terdampak hingga 70 persen, sedangkan sektor lain rata-rata 22 persen.

Namun, Airlangga menyebut ada sektor-sektor yang masih baik dan cenderung tidak terdampak saat itu. Sektor tersebut meliputi industri karet kulit, makanan pokok, farmasi, kesehatan, hingga industri minyak nabati.

Pada saat itu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga menyebut berbagai sektor industri di dalam negeri terdampak oleh pandemi corona. Pukulan terbesar dialami sektor pariwisata dan turunannya, karena ada lebih dari seribu hotel tutup sejak Maret hingga April.

Hingga berbulan-bulan setelah itu, mayoritas usaha skala menengah di Indonesia semakin mengalami dampak negatif pandemi Covid 19. Kesimpulan itu terlihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menganalisis dampak Covid 19 terhadap pelaku usaha.

Terdapat 34.559 pelaku usaha yang menjadi responden, melibatkan Usaha Mikro Kecil (UMK) maupun Usaha Menengah Besar (UMB) hingga pertanian, yang disurvei pada Juli 2020 dan dipublikasikan pada September lalu.

Diketahui, tiga sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19, yaitu akomodasi, makanan, dan minuman yang terdampak hingga 92,47 persen. Lalu sektor jasa lainnya hingga 90,90 persen, dan sektor transportasi dan pergudangan terdampak hingga 90,34 persen.

Sedangkan sektor yang paling terendah terdampak Covid-19 meliputi tiga bidang usaha, yaitu bidang usaha yang terkait air dan pengelolaan sampah yang terdampak 68,00 persen, lalu listrik dan gas 67,85 persen. Paling rendah terdampak yaitu real estate 59,15 persen.

Dari berbagai sektor riil yang terdampak tersebut, pelaku usaha yang tersebar di Provinsi Bali, DI Yogyakarta, Banten, dan DKI Jakarta adalah empat provinsi yang pelaku usahanya paling banyak mengalami penurunan pendapatan.

Adaptasi pada Masa Pandemi Covid-19

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Covid-19 yang menyebar dengan cepat memaksa sektor usaha beradaptasi. Diterapkannya PSBB yang di berbagai wilayah memberikan pukulan hebat, terutama penurunan permintaan karena pelanggan/klien yang juga terdampak Covid-19.

Hal itu memancing munculnya kendala keuangan, beban pegawai dan operasional. Adaptasi yang paling memungkinakn dilakukan adalah mengurangi beban itu sendiri, seperti beban pegawai. Pada September, BPS menyebut sebanyak 50,52 persen pelaku usaha makanan, minuman, serta akomodasi memilih melakukan PHK.

Selain mengurangi beban, proses adaptasi yang tak terelakkan adalah menggandeng peran internet dan teknologi informasi (TI) untuk pemasaran. Komponen ini menjadi salah satu cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pendapatan.

Pembatasan sosial mengakibatkan cara pemasaran secara konvensional menjadi terbatas. Tentunya sarana online menjadi solusi yang menjanjikan. Keadaan tersebut juga memaksa lahirnya pilihan-pilihan lain, salah satunya diversifikasi usaha.

Diversifikasi usaha mencakup upaya menjalankan proses bisnis seperti biasa namun ada penambahan produk, bidang usaha, dan lokasi bisnis untuk meningkatkan pendapatan. Seperti pada Mei lalu, penutupan pusat perbelanjaan membuat para pedagang memutar otak beralih usaha.

Pada Mei, Ketua Koperasi Tanah Abang Yasril Umar mengatakan kepada MNC Media, para pedagang yang tak bisa menjalankan bisnisnya di toko mulai mencari nafkah dengan cara lain. Mereka banyak yang menjual makanan dan minuman yang dinilai pasti ada pembelinya.

Stimulus untuk Bertahan

Sektor usaha baik mikro, kecil, menengah hingga besar terus mengupayakan mendapat bantuan untuk bertahan. Di bawah komando Presiden Jokowi, pemerintah menyalurkan bantuan beragam sepanjang pandemi Covid-19.

Mulai dari relaksasi/penundaan pembayaran pinjaman, bantuan modal usaha, penundaan pembayaran pajak, kemudahan administrasi untuk pengajuan pinjaman, hingga keringanan tagihan listrik untuk usaha.

Optimisme pemulihan pun muncul seiring hadirnya vaksin Covid-19. Sebab tak sedikit pengamat dan para ahli yang menyebut vaksin dapat menjadi jawaban ketidakpastian pasar sepanjang 2020. Hingga akhirnya Vaksin Covid-19 asal China sebanyak 1,2 juta dosis mendarat di Indonesia pada 6 Desember 2020. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut