Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Curhat Purbaya Sebulan jadi Menkeu: Capek, Enakan di LPS Lebih Santai
Advertisement . Scroll to see content

Ketimpangan Aset yang Tinggi Berpotensi Lahirkan Oligarki Ekonomi

Kamis, 28 Desember 2017 - 02:04:00 WIB
Ketimpangan Aset yang Tinggi Berpotensi Lahirkan Oligarki Ekonomi
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, per Oktober 2017, 56,87 persen total simpanan yang ada di perbankan Indonesia dikuasai oleh sekitar 0,11 persen masyarakat terkaya. Dengan demikian, ada indikasi hambatan dalam percepatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan ketimpangan yang disebabkan oleh adanya oligarki ekonomi

"Ketimpangan aset masih tinggi seperti aset keuangan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan itu juga masih dominan dimiliki oleh 0,11 persen dari seluruh populasi," kata Direktur Eksekutif Megawati Institute,  Arif Budimanta, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu 27 Desember 2017.

Selain itu, berdasarkan laporan Credit Suise tahun 2017 bahwa 1 persen penduduk terkaya Indonesia menguasai 45,4 persen kekayaan nasional. Sementara 10 persen penduduk terkaya menguasai 74,8 persen kekayaan nasional.

Selama 10 tahun terakhir (2006-2016) kekayaan 40 orang terkaya di Indonesia melonjak hingga 317,1 persen atau empat kali lipat dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian, satu orang terkaya memiliki kekayaan 10 kali lipat dibandingkan pertumbuhan GDP per kapita.

Hal ini disebabkan adanya ketimpangan kepemilikan aset oleh segelintir orang kaya di Indonesia dibandingkan rata-rata penduduk pada umumnya. Kondisi ini dimulai sejak Orde Baru dan saat era reformasi menunjukkan peningkatan.

Sumber kekayaan ini juga bisa dilihat dari aset tanah yang dimiliki di mana juga dikuasai oleh segelintir orang terkaya. Meskipun dalam dua tahun terakhir mengalami perbaikan, namun kondisinya masih lebih tinggi dari tahun 2010.

"Kalau gini rasio tanah kan besar. Land bank yang dimiliki oleh kelompok usaha itu kan besar-besar, apakah itu dipergunakan untuk perkebunan, apakah usaha budidaya tanaman, hutan atau penguasaan aset properti itu kan besar," tutur dia.

Menurut dia, jika kondisi tersebut tidak berubah, maka kapitalisme akan memengaruhi distribusi kekayaan yang akan melahirkan oligarki. Sebab, rate of return yang dinikmati oleh masyarakat biasa selalu lebih rendah dibandingkan yang dinikmati oleh segelintir kalangan tertentu.

Editor: Ranto Rajagukguk

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut