KSSK: Modal Asing Keluar Akibat Covid-19 Dua Kali Lipat Krisis 2008
JAKARTA, iNews.id - Derasnya arus modal asing yang keluar (capital outflow) saat pandemi Covid-19 menjadi isu sentral dalam rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada kuartal I-2020. Arus modal ini berpengaruh pada stabilitas sistem keuangan nasional.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pada awal tahun, pemerintah melihat adanya momentum pada perbaikan ekonomi. Kondisi berubah arah saat virus corona muncul dari Wuhan, China yang menyebar dengan cepat ke berbagai negara.
"Kemudian (momentum) ini mengalami perubahan arah yang sangat signifikan akibat pandemi Covid-19," katanya saat konferensi pers lewat video, Senin (11/5/2020).
Pandemi tersebut, kata Sri Mulyani, menyebabkan pasar keuangan nasional bergejolak. Saat krisis finansial 2008, arus modal asing yang keluar dari Indonesia mencapai Rp69,9 triliun dan saat krisis taper tantrum 2013, capital outflow tercatat Rp36 triliun.
"Sementara saat ini untuk periode Januari-Maret lalu saja, capital outflow Rp145,28 triliun, lebih dari dua kali lipat pada saat terjadi guncangan krisis global, magnitude ini yang menjadi perhatian utama KSSK," ujarnya.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, kepanikan di pasar keuangan terjadi secara global. Hal ini terlihat dari CBOE Volality Index yang mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah. Akibatnya, investor asing ikut menarik modalnya dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
Derasnya capital outflow, kata Sri Mulyani, membuat nilai tukar rupiah sangat bergejolak. Pada Februari 2020, kurs rupiah masih berada di kisaran Rp14.318 per dolar AS.
"Namun memasuki pekan kedua Maret terjadi pelemahan ke Rp14.778 per dolar AS, dan berlanjut ke level terendah pada 23 Maret ke Rp16.575 per dolar AS," kata dia.
Editor: Rahmat Fiansyah