Mengenal Bujangseta, Teknologi yang Bikin Tanaman Jeruk Berbuah sepanjang Tahun
BATU, iNews.id - Kementerian Pertanian (Kementan) tak pernah berhenti berinovasi untuk mendukung peningkatan produksi pertanian nasional. Salah satu yang dikembangkan dan telah berhasil diimplementasikan yakni Teknologi Pembuahan Jeruk Berjenjang sepanjang Tahun (Bujangseta).
Bujangseta menjadi pembahasan menarik dalam Acara Bincang Asyik Pertanian Indonesia atau dikenal dengan sebutan Bakpia di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (19/7/2019). Dimoderatori jurnalis Alfito Deanova, hadir sebagai pembicara yakni Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry.
Fadjry menuturkan, Balitbangtan memiliki koleksi Sumber Daya Genetik (SDG) Jeruk cukup besar serta menghasilkan benih pokok jeruk bebas penyakit yang dikelola Balitjestro dan tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
“Dengan adanya pengembangan buah jeruk oleh Kementan di Balitjestro Batu, produksi jeruk di Indonesia diupayakan terus meningkat dengan kualitas ekspor yang tidak kalah dengan jeruk negara lain,” ujarnya.
Dia menyampaikan, Balitjestro telah membagikan satu juta benih bermutu bebas penyakit yang disebar kepada petani daerah di Indonesia. Upaya tersebut untuk mendukung program perbenihan buah-buahan nasional yang dicanangkan Menteri Pertanian yang salah satunya jeruk.
Suasana Bincang Asyik Pertanian Indonesia.
Sementara itu, Peneliti Jeruk Balijestro, Sutopo menjelaskan, dengan menggunakan Teknologi Bujangseta, tanaman jeruk bisa dipanen lebih cepat dan berbuah sepanjang tahun. Jika biasanya panen jeruk hanya dua kali dalam satu tahun, maka dengan teknologi itu petani bisa melakukan panen sepanjang tahun.
“Jadi, dalam satu tahun bisa lima kali panen. Artinya, setiap dua atau tiga bulan bisa panen sehingga ketersediaan buah sepanjang tahun tetap terjaga,” tuturnya.
Bujangseta, kata dia, merupakan solusi yang ditunggu-tunggu oleh petani karena dengan teknologi tersebut petani dapat panen sepanjang tahun.
Teknologi Bujangseta dapat menghasilkan 80 kg per pohon per tahun. Sementara sebelumnya hanya sekitar 30 kg per pohon per tahun.
Bujangseta telah diaplikasikan di kebun petani Banyuwangi dan telah panen beberapa kali. Masa panen mencapai 5-6 kali dalam setahun sehingga keuntungan petani meningkat karena harga yang bagus dan masa panen yang dapat diatur.
Sutopo menerangkan, varietas jeruk yang banyak berkembang di Indonesia merupakan jenis common mandarin (Citrus reticulata Blanco). Beberapa varietas lokal Indonesia yang masuk dalam kelompok ini yaitu Keprok dan Siam.
Jenis domestik yang telah dikembangkan di antaranya Keprok Soe, Keprok Batu 55, dan Siam Madu, Keprok Brasitepu, dan Keprok Garut,Keprok Gayo, Siam Pontianak dan lainnya.
Sementara itu Ketua Kontak Bisnis Hortikultura Indonesia, Ilud, mengatakan, ada empat hal yang dibutuhkan dalam bisnis ini. Empat hal tersebut selalu disampaikannya kepada petani untuk memotivasi.
“Saya memberikan motivasi ke petani bahwa ada 4K yang penting yaitu Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan Kreativitas. Dengan adanya metode Bujangseta, alhamdulillah bisnis jeruk menjadi stabil” ujar Ilud.
Menurutnya, kebutuhan jeruk nasional sekitar 2,2 juta ton per tahun. Sebagai supplier, dirinya kini tidak lagi bingung mendapatkan pasokan karena stok buah tersedia sepanjang tahun sehingga kontinuitas pasar pun terpenuhi.
Dengan teknologi Kementan tersebut, Ilud berharap Indonesia ke depan bisa mengatur pasar internasional.
“Ketika pasar di negara lain sedang kosong, kita dapat mengisi kesempatan tersebut karena kita sudah dapat mengatur produksi” ujarnya.
Editor: Zen Teguh