Menperin: Industri Mamin Berkontribusi Besar pada Pertumbuhan Ekonomi
JAKARTA, iNews.id - Menteri Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan, meski dunia digital terus berkembang, tidak memengaruhi industri makanan dan minuman (mamin) atau food and beverage (FnB). Dalam pemaparannya, dia menyebut industri mamin masih penyumbang tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Dan FnB ini, Alhamdulillah belum bisa tergantikan dengan digital. Jadi, walaupun ada Amazon, kita butuh makan yang masuk ke dalam perut," katanya di acara soft launching CNBC Indonesia yang berlangsung di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (8/2/2018).
Bahkan, dia menambahkan, dalam industri tidak ada yang namanya mamin dalam bentuk digital, terkecuali pemesanannya. "Tidak ada yang namanya virtual eating. Masih lapar kalau masih virtual eating," ujarnya.
Airlangga menjabarkan, pertumbuhan industri 4,84 persen. Pertumbuhan industri ini berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Untuk industri mamin berada di posisi pertama sebesar 9,23 persen, disusul industri logam 5,87 persen.
Pertumbuhan manufakturnya di atas rata-rata ASEAN. Sedangkan skala Indonesia, sektor industri mamin berkontribusi 34 persen terhadap industri Indonesia. "FnB di dunia, Indonesia itu nomor tiga sebesar 13 persen," ucapnya.
Selain itu, industri yang tidak bakal diubah menjadi virtual atau digital, yakni capital product termasuk farmasi atau obat-obatan. "Kemudian, capital product termasuk farmasi, masih penting juga. Indonesia secara physically butuh obat, jadi tidak bisa juga diganti sama digital," ujarnya.
Selain itu, Airlangga juga menyebutkan, barang-barang elektronik apa pun dan sampai kapan pun tidak akan bisa digantikan dengan digital. Produk fisik tersebut selama ini melekat pada konsumsi masyarakat Indonesia.
"Kedua, barang elektronik. Semua ini boleh digital, tetapi tanpa physically, handphone, tv, bukan apa-apa. Jadi, elektronik itu masih dibutuhkan ke depannya. Jadi, barang elektronik itu masih penting," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan industri pengolahan nonmigas adalah sebesar 5,14 persen pada kuartal IV tahun 2017, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2016 yang mencapai sekitar 3,91 persen.
Editor: Ranto Rajagukguk