Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : KTT ASEAN-Australia Serukan Gencatan Senjata Segera di Gaza
Advertisement . Scroll to see content

Negara ASEAN dan Australia Menolak Proteksionisme

Sabtu, 17 Maret 2018 - 14:10:00 WIB
Negara ASEAN dan Australia Menolak Proteksionisme
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull berjabat tangan dengan Presiden Joko Widodo dalam acara CEO Forum Lunch KTT ASEAN-Australia di Sidney, Australia, Sabtu (17/3/2018). (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

SIDNEY, iNews.id – Negara-negara ASEAN dan Australia satu suara menolak praktik proteksionisme dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia. Pernyataan tersebut dilontarkan di tengah kekhawatiran perang dagang dipicu kebijakan Amerika Serikat (AS) menetapkan tarif untuk baja dan aluminium impor.

“Anda tidak akan bisa tumbuh kuat dengan menutup pintu bagi pasar lain. Proteksionisme adalah jalan buntu. Ia bukan tangga yang bisa mengeluarkan Anda dari pertumbuhan ekonomi yang rendah. Ia adalah sekop yang justru menggali lebih dalam. Kita harus menghadapi dunia, bukan bersembunyi. Perdagangan bebas harus dirangkul, bukan dijauhi,” kata  Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull di Sidney, Australia, dikutip dari Reuters, Sabtu (17/3/2018).

Pernyataan anti-proteksionisme ini merespon sentimen pasar yang cemas dengan potensi perang dagang antara AS dengan China dan Eropa. Hal ini dipicu rencana Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif baja dan aluminium impor serta kemungkinan menyasar 60 miliar dolar AS impor dari China dengan target sektor teknologi dan telekomunikasi.

“ Saya tahu suasana global saat ini mungkin mengarah berlawanan tapi di ASEAN, kami berupaya memperdalam saling ketergantungan untuk bekerja sama demi membuka pasar,” kata Lee Hsion Loong, Perdana Menteri Singapura.

Dalam pertemuan multilateral tersebut, Australia menjadi tuan rumah ASEAN meski bukan menjadi anggota komunitas tersebut. Isu perdagangan menjadi topik utama dalam pertemuan tersebut di samping isu hak asasi manusia (HAM) dan kebijakan China di ASEAN.

Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop mengatakan, pihaknya akan berdiskusi soal HAM dengan para pemimpin Myanmar yang selama ini dikritik tentang perlakuannya terhadap komunitas Muslim Rohingya. Selain Myanmar, Australia juga akan mengangkat isu yang sama kepada pemerintah Kamboja soal sikap mereka yang keras terhadap partai oposisi dan berbagai macam kritikan yang berakhir di penjara.

Terkait isu China, Bishop mengaku pertemuan ini merupakan perlawanan atas dominasi China di kawasan ASEAN. Dia yakin bahwa ASEAN mampu menciptakan perdamaian, stabilitas, dan keamanan wilayah.

“Kami tidak mengambil peran untuk menyeimbangkan kekuatan di Indo Pasifik tapi lebih kepada inisiatif untuk berkolaborasi secara lebih erat dengan negara-negara lain,” kata Bishop.

China mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan yang merupakan jalur perdagangan strategis untuk pengiriman minyak dan gas. Negara tersebut juga telah membangun berbagai infrastruktur, termasuk pelabuhan dan landasan terbang. Langkah China ini mendapatkan tantangan dari sejumlah negara ASEAN seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina yang juga mengklaim wilayah tersebut.

Ryamizard Ryacudu, Menteri Pertahanan Indonesia mengaku sudah melobi para menteri pertahanan ASEAN untuk mengintensifkan patroli maritim di Laut China Selatan dalam rangka memperkuat keamanan regional.

Editor: Rahmat Fiansyah

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut