Neraca Dagang Tekor, Menko Darmin Harap BI Tidak Naikkan Suku Bunga
JAKARTA, iNews.id - Neraca perdagangan pada November 2018 kembali tekor. Situasi itu dikhawatirkan akan menekan neraca transaksi berjalan dan kurs rupiah.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution berharap Bank Indonesia (BI) tidak reaktif dengan situasi saat ini dengan menaikkan suku bunga acuan. Menurut dia, kenaikan suku bunga hanya akan membebani ekonomi.
"Mungkin (suku bunga) tidak begitu perlu dinaikkan, karena dinaikkan yang lalu pun ekspornya ya (masih lemah)," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Senin (17/12/2018).
Pada bulan lalu, BI secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen. Menurut dia, jika suku bunga kembali dinaikkan, dampak kebijakan pemerintah mendorong ekspor menjadi berkurang.
"Jadi ekspornya tidak terlalu sensitif terhadap langkah-langkah yang telah diambil. Yang harus kita lakukan adalah, bagaimana mendorong ekspor, itu aja sudah," ucap dia.
Darmin yang juga Mantan Gubernur BI itu mengakui ekspor impor saat ini menjadi tantangan utama pemerintah. Untuk itu, kebijakan baru untuk mendongkrak ekspor akan dikeluarkan setelah pengendalian impor dilakukan.
"Kalau dilihat neraca yang lain, neraca nasional yang namanya produk domestik bruto, inflasi, semua masih oke. Ini benar-benar urusan ekspor impor," ujar dia.
Terpisah, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Pieter Abdullah memprediksi BI tidak akan menaikkan suku bunga meski neraca dagang tekor.
"Saya kira BI tidak akan menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga bukan untuk mengendalikan defisit perdagangan, tapi untuk menahan keluarnya modal asing," kata Pieter.
Menurut dia, posisi suku bunga saat ini yang sudah mencapai 6 persen sudah cukup tinggi. Dengan begitu, investor asing masih tertarik berinvestasi di Indonesia. "Spread suku bunga domestik dan suku bunga global sudah cukup lebar," ujar Pieter.
Editor: Rahmat Fiansyah