Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pramono Ungkap Ekonomi Jakarta Tumbuh Stabil, Inflasi Terkendali
Advertisement . Scroll to see content

Outlook 2023: Prospek Ekonomi Indonesia di Tengah Ancaman Resesi Dunia

Minggu, 01 Januari 2023 - 14:03:00 WIB
Outlook 2023: Prospek Ekonomi Indonesia di Tengah Ancaman Resesi Dunia
Outlook 2023: Prospek ekonomi Indonesia di tengah ancaman resesi dunia
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Perekonomian Indonesia akan dihadapkan risiko ketidakpastian pada 2023. Berbagai dinamika global serta perang Rusia-Ukraina menjadi pengingat Indonesia untuk tetap optimistis, namun juga waspada dalam menjaga perekonomian domestik. 

Invasi Rusia dan Ukraina memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Itu karena Rusia dan Ukraina merupakan penghasil sejumlah komoditas utama di dunia. 

Rusia merupakan eksportir utama energi seperti BBM, batu bara dan gas alam cair, sedangkan Ukraina merupakan eksportir utama seed oil, jagung dan gandum. Karena itu, perang menyebabkan terhambatnya pasokan energi ke Eropa, serta terganggunya supply chain beberapa komoditas ke sejumlah negara di dunia.

Itulah yang kemudian akan mempengaruhi kinerja industri dan rumah tangga serta meningkatnya harga bahan makanan dan komoditas termasuk BBM. Kondisi ini akhirnya memicu inflasi yang tinggi, sehingga berpotensi menyebabkan resesi ekonomi pada beberapa negara dan menekan pertumbuhan ekonomi global. 

Beberapa lembaga internasional pun kompak memperingatkan risiko terjadinya resesi global pada 2023. Mereka memangkas proyeksi pertumbuhan  ekonomi dunia, termasuk Indonesia pada 2023.

Asian Development Bank (ADB) memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 menjadi 4,8 persen secara tahunan (year on year/yoy). Proyeksi ini menurun dibandingkan target di kisaran 5 persen.

Bank Dunia juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8 persen pada 2023. Padahal sebelumnya ekonomi Indonesia diproyeksi akan tumbuh 5,1 persen pada 2023. 

Dana Moneter Internasional (IMF) pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5 persen dari sebelumnya 5,3 persen. Begitu juga dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang menurunkan proyeksi dari 5,3 persen menjadi 4,7 persen.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengakui bahwa situasi perekonomian global 2023 sangat sulit diprediksi. Kendati demikian, dia tetap optimistis ekonomi Indonesia tetap kuat meski ekonomi global masih diliputi ketidakpastian. 

Kepala Negara menuturkan, dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, pemerintah Indonesia berusaha konsisten untuk melakukan reformasi struktural pada perekonomian, mulai dari hilirisasi industri, mempersempit kepemilikan asing di pasar surat berharga negara, menjaga defisit fiskal di bawah 3 persen dengan memperkuat fungsi belanja negara agar tepat sasaran. Selain itu, mempertahan daya tarik investasi hingga menjaga sinergi antara otoritas fiskal dan moneter. 

Sejumlah upaya itu dilakukan pemerintah agar ekonomi makro Indonesia menjadi lebih baik ke depannya.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menambahkan, tekanan ekonomi global pada 2023 akan berdampak pada kinerja ekspor Indonesia yang menjadi salah sumber pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Menurutnya, Indonesia pada 2023 akan sulit melihat pertumbuhan ekspor di level 20 hingga 30 persen seperti dua tahun terakhir.

"Ekspor akan mengalami normalisasi karena baseline-nya sudah tinggi, sehingga pada 2023 pertumbuhan ekspor tidak akan bertahan karena lingkungan global, tapi tidak berarti kita menyerah,” ujarnya.

Oleh sebab itu, demi mengantisipasi permasalahan yang diakibatkan tekanan ekonomi global pemerintah akan terus menggencarkan diversifikasi negara tujuan ekspor. Misalnya ke India yang pertumbuhan ekonominya masih terjaga karena reformasi struktural dan kawasan Timur Tengah, yang menikmati pertumbuhan karena harga minyak sedang tinggi.

Sementara itu, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh 5,3 persen pada tahun depan. 

"Di tahun 2023 forecast-nya di angka 5,3 persen sesuai APBN," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.

Sedangkan Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan di kisaran 4,5 sampai 5,3 persen. Ini terutama didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat yang terjaga, masih berlanjutnya dukungan fiskal pemerintah, investasi yang masih terus masuk hingga kinerja ekspor yang masih akan terjaga tumbuh.

"Jadi kurang lebih mendekati 5 persen. Persis sama yang disampaikan Menteri Keuangan, dukungan fiskal, konsumsi, investasi, di samping juga ekspor," ujar Gubenur BI Perry Warjiyo.

Dari sisi inflasi, menurutnya, juga akan kembali ke level sasaran 3 plus minus 1 persen karena upaya pengendalian harga-harga yang terus gencar dilakukan pemerintah baik di pusat maupun daerah. 

"Semester II 2023, inflasinya IHK (Indeks Harga Konsumen) akan di bawah 4 persen, akhir tahun depan inflasi kita perkirakan ada di sekitar 3 persen, IHK, kalau core, Indonesia sudah di bawah 4 persen di semester I karena ada dampak base, tapi kalau IHK itu sekitar 3 persen," tutur dia.

Perry juga memperkirakan, nilai tukar rupiah pada 2023 akan kembali menguat sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia karena terjaganya keseimbangan neraca pembayaran. Dengan demikian, dia memastikan, kebijakan suku bunga acuan akan bisa lebih terukur dan tidak agresif.

Adapun Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 lebih rendah dari proyeksi pemerintah, yakni hanya mencapai 4,8 persen hingga 5 persen. Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid menuturkan, tahun depan akan menjadi tahun yang tidak mudah lantaran gejolak ekonomi dan situasi global yang tidak pasti, terutama konflik geopolitik yang masih akan berlangsung, sehingga memberikan tekanan terhadap perekonomian.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar pun optimistis industri jasa keuangan masih akan gencar menyalurkan kredit untuk menggerakkan perekonomian. Kata dia, tingkat penyaluran kredit masih bisa terjaga di level pertumbuhan 11 persen dan lembaga penyalur pembiayaan di level 13 persen.

"Nah artinya ruang untuk bisa menopang pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan di sekitar 5 persen di 2023 itu cukup, apalagi kita sudah perkuat dengan kecukupan modal. Pembiayan juga demikian. Jadi ruang untuk itu sudah memadai tinggal sekarang kita manfaatlan betul sektor-sektornya," ucap Mahendra.

Kendati demikian, mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai dampak tekanan global akan terasa ke Indonesia, namun tidak membuat RI masuk ke dalam jurang resesi. Menurutnya, RI hanya akan mengalami perlambatan ekonomi. 

Dia memperkirakan, dampak resesi global akan terasa ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan keuangan. Dari jalur perdagangan akan mengakibatkan melambatnya ekspor Indonesia, namun dampaknya relatif terbatas pada ekonomi nasional. Itu karena kontribusi ekspor Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) relatif kecil, yaitu 25 persen. 

Di sisi lain, RI juga diuntungkan dari kondisi kenaikan harga batu bara akibat perang Rusia dan Ukraina, sehingga mengompensasi penurunan ekspor lainnya. 

"Maka dampak dari jalur perdagangan terhadap ekonomi indonesia relatif terbatas," katanya. 

Di jalur keuangan, dia menuturkan, akan membuat tekanan terhadap kurs rupiah akibat menguatnya dolar AS. Penguatan dolar AS seiring pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang lebih baik dari kawasan Eropa, diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed). 

Adapun pelemahan kurs rupiah bersamaan dengan kebijakan kenaikan suku bunga acuan BI 7-Day (Reverse) Repo Rate bertujuan menekan tingginya inflasi. Kenaikan suku bunga akan mempengaruhi biaya utang yang juga semakin mahal, sehingga akan berdampak pada investasi yang dilakukan perusahaan dan konsumsi masyarakat. 

Di samping itu, konsolidasi fiskal juga akan membuat dampak kepada perekonomian Indonesia, Chatib menilai, pemerintah perlu memberikan prioritas pada kebijakan perlindungan sosial guna mengantisipasi dampak pelemahan dari resesi global. Pada akhirnya, berbagai kewaspadaan terhadap kondisi perekonomian 2023 perlu diantisipasi dan dihadapi dengan mempererat sinergi dan kolaborasi sehingga Indonesia mampu menghadapi gejolak dan bangkit lebih kuat secara berkelanjutan. 

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut