RI Berpotensi Masuk 5 Ekonomi Terbesar, Jokowi Akan Rampungkan 3 Persoalan Ini
JAKARTA, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan tiga hal yang harus diselesaikan Indonesia untuk menjadi lima negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Terutama untuk memasuki masa 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045.
"Banyak negara yang terjebak pada middle income trap karena tidak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan besar di negaranya. Oleh karena itu, kita harus bisa menyelesiakan persoalan-persoalan yang ada untuk menghadapi 2045, 100 tahun Indonesia merdeka," ujarnya saat membuka acara Musrenbangnas di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Persoalan pertama ialah pemerataan infrastruktur untuk menyambungkan titik-titik industri, kawasan wisata, sentra industri kecil, dan pusat produksi. Pasalnya, selama ini infrastruktur hanya berpusat di kota-kota besar di Pulau Jawa.
Oleh karenanya, selama lima tahun belakangan pemerintahan Jokowi secara masif membangun infrastruktur berupa jalan tol, pelabuhan, bandara, dan tol laut di berbagai daerah di Indonesia.
"Tanpa itu daerah tidak bisa menikmati pertumbuhan ekonomi. Kalau ini tidak bisa dikerjakan jangan kita bermimpi masih di empat besar lima besar ekonomi dunia," kata dia.
Kemudian, calon presiden nomor urut 01 ini juga menekankan untuk memperbaiki struktural birokrasi yang selama ini dinilai bertele-tele dan tidak efisien. Hal ini menghambat investasi yang banyak masuk ke Indonesia.
"Tiap hari berbondong-bondong investor datang ingin investasi tapi yang menetas sangat kecil sekali. Investornya datang dan ingin tapi tidak netas karena kita tidak bisa mengeksekusi dan merealisasikan. Izinnya mbulet-mbulet saja," ucapnya.
Terakhir dan yang tersulit ialah persoalan pembangunan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM), mengingat sebanyak 51 persen tenaga kerja Indonesia merupakan lulusan sekolah dasar (SD). Karena itu, diperlukan upaya upskilling dan reskilling secara besar-besaran.
Tak hanya itu, agar pendidikan Indonesia terserap secara sempurna ke industri yang ada, maka pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) juga harus disesuaikan dengan kebutuhan industri. Pasalnya, banyak pengangguran yang berasal dari lulusan SMK karena kemampuannya tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
"Sekarang sudah masuk di era teknologi tapi SMK kita jurusannya masih jurusan bangunan. Sudah 50 tahun lebih jurusan bangunan terus. Siapkan SDM kita untuk hal-hal yang baru," tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk